"Kasihan juga sebenarnya. Tapi heran juga, sih. Sudah dari keluarga berkekurangan, kok ya masih nakal?"
Serta-merta perkataan sang narasumber disergah mayoritas hadirin.
"Justru karena kekurangan itu mereka nakal, Bu. Biasanya begitu."
"Iya, Bu. Itu orang tuanya tidak memperhatikan anak karena sibuk cari nafkah."
Saya senyum-senyum saja. Tidak ikut bersuara, tetapi sibuk mikir-mikir.
Kebijakan Efisiensi Anggaran memang bagus. Namun, ujungnya bisa rumit saat bertabrakan dengan pelaksanaan Program MBG (Makan Bergizi Gratis) yang butuh biaya besar.
Begitulah adanya. Mau tidak mau, terpaksa harus ada yang dikorbankan. Contohnya dana stimulan untuk PMT (Pemberian Makanan Tambahan) di posyandu kami yang mesti disunat.
Meskipun sangat memaklumi situasi dan kondisinya, terusterang pada detik yang bersamaan kami (para kader posyandu) mendadak puyeng cari solusi. Haruskah menu PMT mengalami downgrade? Dari yang semula sepaket makanan 4 sehat, yaitu nasi beserta sayur dan lauk plus buah, menjadi seporsi bubur kacang hijau saja?
Entahlah. Entah bagaimana nanti pelaksanaannya. Maunya sih, kami tetap memberikan paket makanan berat yang komplet. Namun, apa hendak dikata kalau dananya tiada? Yang sebelumnya saja selalu ada donatur untuk menutupi kekurangan biaya penyediaan PMT.
Salam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI