Siang hingga sore tadi saya mengikuti acara Sosialisasi Layanan Posyandu dengan ILP (Integrasi Layanan Primer). Tempatnya di Aula Kantor Kelurahan. Tentu saya memperoleh undangan untuk hadir sebab merupakan kader posyandu.
Setelah menerima penjelasan A-Z tentang ILP, kami juga menerima kabar tentang pendanaan untuk operasional posyandu setahun ke depan. Begini ceritanya.
"Ini Alhamdulillah, pengajuan dana stimulan untuk PMT posyandu disetujui walaupun cuma untuk 6 bulan. Sebenarnya proposal kita pengajuannya untuk setahun, tapi enggak apalah. Daripada tidak dikasih jatah sama sekali."
Spontan saya tersenyum mendengar penuturan sang narasumber. Tentu bukan senyum bahagia. Sebab seketika itu saya bergumam dalam hati. Ampun, deh. Alih-alih ditambah. Yang ada malah dikurangi drastis.
Sang narasumber melanjutkan, "Pemkot ngasih cuma setengahnya sebab harus berbagi dengan Program MBG. Makan Bergizi Gratis. Lagi pula, sekarang memang ada Efisiensi Anggaran 'kan?"
Oh, akhirnyaaa. Sekali lagi aktivitasku tersenggol Efisiensi Anggaran. Seketika saya membatin sembari nyengir. Hadirin lainnya pun terdengar kasak-kusuk.
"Tidak apa-apa, njih. Tujuannya juga 'kan sama. MBG untuk mengatasi stunting. Posyandu balita juga untuk mencegah stunting. Kita doakan saja ke depannya pemkot punya uang lebih banyak, untuk menambahi dana stimulan PMT posyandu."
Sang narasumber kembali melanjutkan, "Kalau panjenengan ingin tahu sekolah mana saja yang mendapatkan MBG, itu. Contohnya di kampung S. Di situ ada SD Negeri yang murid-muridnya nuwun sewu, nakal-nakal. Sekolah itu memang terkenal sebagai sekolah buangan. Yang bandel-bandel dari sekolah lain, kalau dikeluarkan dari sekolahnya akan pindah ke SD itu."
Terus terang baru pertama kali saya mendengar informasi tersebut. Sementara daerah S itu tak jauh dari tempat saya berdomisili.
"Kebetulan kok nuwun sewu, rata-rata dari keluarga prasejahtera. Mereka itu uang sakunya paling banyak Rp2.000,00. Padahal, berangkat sekolah enggak sarapan. Di dekat sekolah ada warung ayam geprek, tapi mereka tidak mampu membeli. Mereka cuma bisa jajan ciki-cikian lima ratusan. Di warung kecil yang ada di atas sekolahnya itu. Makanya mereka senang mendapatkan Makan Bergizi Gratis."
Demi mendengar penuturan sang narasumber, hadirin terdiam. Mendadak ruangan sunyi. Mungkin masing-masing terbawa pikiran dan perasaan. Make sense kalau dana stimulan PMT buat posyandu diberikan sebagian untuk Program MBG.