Saya khawatir tentang masa depan. Kalau akhirnya kejadian beneran, bagaimana? Pacar si X malah ternyata menikah dengan si Y? Bukankah perkataan adalah doa? Terlebih diucapkan di bulan baik.
Ah, sudahlah. Kok malah saya yang overthinking? Kalau hal itu sampai menjadi kenyataan dan Y digebuki oleh X, saya pilih menertawakan Y. Tak mau membelanya. Salah sendiri dia nekad menjawab secara lutjuk, manyala, dan meledaks!
Salam.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!