Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Administrasi - Kerja di dunia penerbitan dan dunia lain yang terkait dengan aktivitas tulis-menulis

Founder #purapurajogging

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ramadan Itu Menunggu Jaburan dan Mengantre Beli Es Balok

19 April 2021   19:33 Diperbarui: 19 April 2021   19:51 1137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Es Campur untuk Berbuka Puasa/Dokpri

Jika bicara tentang nostalgia masa kecil sewaktu Ramadan, entah mengapa serta-merta saya hanya teringat pada dua hal, yaitu jaburan dan es balok (es batu bongkahan besar). Mari simak kisah saya.  

Kisah (1): Balada Jaburan 

Apa itu jaburan? Jaburan adalah makanan kecil yang dibagikan kepada jamaah salat tarawih. Pembagiannya sesaat sebelum pulang. Saat imam belum selesai memimpin doa bakda tarawih.*Sekarang saya berpikir waktu pembagiannya kurang tepat, deh.*

Jadi, ketika jamaah sedang bersama-sama membaca doa usai tarawih dilanjut niat untuk berpuasa esok hari, ada seseorang yang membagikan makanan kecil. Ia mengelilingi jamaah yang masih duduk manis sembari berdoa, entah dengan khusuk entah macam saya yang malah sibuk memperkirakan kapan jatah jaburan saya tiba.

Saya cenderung yakin bahwa ia bukan petugas masjid (panitia Ramadan), melainkan si donaturnya sendiri. Yang jelas seingat saya, orang yang membagikan jaburan selalu berbeda tiap harinya. Jaburan yang dibagikan pun dibawa sendiri oleh si pembagi sejak ia datang.

Jadi sebelum salat Isya dimulai, saya dan beberapa teman selalu antusias bila melihat orang datang dengan membawa mukena dan baskom. Hahaha!

Rata-rata tiap malam ada satu orang yang membawa baskom. Namun, adakalanya dalam satu malam bisa sampai dua atau tiga orang. Cara membagikan jaburan di masjid kami suka-suka. Ada yang memulainya dari barisan paling depan ujung kanan atau kiri. Ada pula yang dari barisan belakang ujung kanan atau kiri.

Perkara cara membagi sebenarnya tak jadi soal bagi saya. Yang penting saya menerima jaburan. Maka sungguh runyam kalau jaburan habis sebelum saya kebagian. Lebih-lebih kalau si penerima jaburan terakhir adalah orang yang duduk tepat di samping saya. Hadeeeh!

Makin runyam hati ini ketika ada dua atau tiga donatur jaburan, tetapi tak satu pun yang sampai ke saya. Sungguh apes.

Secara teoretis kalau ada dobel donatur, semua jamaah bisa kebagian jaburan. Namun gara-gara pembagian dimulai dari titik yang sama, maka sebagian orang menerima dobel, sedangkan sebagian lainnya tidak menerima sama sekali. Apa boleh buat? Itulah risiko pembagian jaburan tanpa koordinasi.

Yeah .... Zaman old gitu, lho. Belum lazim ada panitia-panitiaan Ramadan secara resmi, apalagi di masjid kampung yang bersahaja. Alhasil, saya pulang tarawih dengan manyun kalau tidak kebagian jaburan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun