Mohon tunggu...
Agustina Purwantini
Agustina Purwantini Mohon Tunggu... Administrasi - Kerja di dunia penerbitan dan dunia lain yang terkait dengan aktivitas tulis-menulis

Founder #purapurajogging

Selanjutnya

Tutup

Film

Adonan Aneka Rasa dalam Hidup di Film Keluarga Cemara

8 Januari 2019   15:28 Diperbarui: 8 Januari 2019   15:49 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEHARI sebelum menonton Keluarga Cemara, teman-teman yang sudah menonton duluan berpesan, "Siapkan tisu yang banyak. Atau, bawa handuk sekalian. Pokoknya siap-siap berurai air mata."

Duh! Semengharukan apakah filmnya? Kok bisa sedahsyat itu efek bikin nangisnya? Alhasil, pesan tersebut membuat saya masgul. Hmm. Sejujurnya saya enggan menonton film yang menguras air mata. Sebab di kehidupan nyata yang saya jalani, sudah banyak tertumpah air mata duka. Hehehe .... 

Apa boleh buat? Karena tak pernah menonton serial Keluarga Cemara di TV, saya "gagap". Tak punya bayangan apa pun tentang visualisasi cerita Keluarga Cemara. 

Dahulu saya memang sudah membaca novelnya. Tapi 'kan selalu ada perbedaan-perbedaan antara buku (novel) dan film? Imajinasi atas teks yang kita baca tak bisa dijamin sama dengan visualisasi di layar lebar. 

Di samping alasan perbedaan tafsir antarpembaca, tentu ada pula alasan teknisnya. Bisa jadi deskripsi dahsyat yang tertuang dalam novel malah kurang greget bila ditampilkan apa adanya dalam film. Jadi perlu diubah, baik sedikit maupun banyak, supaya mencapai kadar estetika yang setara. Iya toh? 

O, ya. Ada satu hal lagi yang membuat saya "gagap" dalam membayangkan isi/adegan film. Yakni rentang waktu yang panjang, antara terbitnya novel Keluarga Cemara dan diproduksinya film Keluarga Cemara. Novelnya ditulis puluhan tahun lalu, semasa Orba. Sementara filmnya dirilis tahun 2019, ketika para penguasa zaman Orba sudah banyak yang tinggal nama.

Perlu diketahui bahwa Arswendo Atmowiloto pertama kali menulis cerita Keluarga Cemara pada tahun 70-an. Tatkala itu ceritanya dimuat di majalah remaja prestisius, HAI. Pada masa-masa selanjutnya barulah diterbitkan sebagai novel. 

Ketika terbukti disambut baik oleh khalayak, pada tahun 1996 mulai dibuat serial televisinya. Yang penayangannya betul-betul usai pada tahun 2005. Dan akhirnya pada tahun 2019 ini, novel legendaris tersebut diadaptasi menjadi sebuah film layar lebar. 

Begitulah adanya. Ternyata selain diselimuti kemasgulan, saya juga bertanya-tanya. Penasaran. 

Hingga tibalah saatnya bagi kami, saya dan tiga kawan, duduk manis di depan layar bioskop. Yup! Kami bersiap menonton film Keluarga Cemara. Dan diam-diam, selembar saputangan sudah saya siapkan di tas. Yeah, siapa tahu ada adegan yang betul-betul dapat menderaikan air mata saya? 

Adegan demi adegan pun kami nikmati. Ada yang mengharukan. Ada yang menghanyutkan perasaan. Ada pula yang menggelikan. Bahkan untuk beberapa adegan, saya sungguh tak bisa menahan gelak tawa. Hingga tak terasa, film pun berakhir. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun