Mohon tunggu...
Agustijanto Indrajaya
Agustijanto Indrajaya Mohon Tunggu... Penulis - Arkeolog

tinggi 160 cm

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Penutup Mata Emas dari Situs Batujaya, Karawang

21 Desember 2017   21:03 Diperbarui: 22 Desember 2017   20:48 2382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Candi Blandongan, Batujaya setelah pemugaran

Salah satu hasil penelitian arkeologi di situs Batujaya yang dilakukan oleh Puslitarkenas selain memperlihatkan adanya sebaran bangunan suci dalam areal seluas 2 x 2.5 Km persegi juga memperlihatkan adanya kontiunitas dari periode awal sejarah (abad ke-1 M ) sampai periode sejarah yang cukup intens.

Di bawah lapisan budaya masa Tarumanagara (abad ke-5-7 M) ternyata ada satu lapisan budaya pendahulunya yang oleh kalangan arkeolog dikenal sebagai "masyarakat pendukung tradisi komplek tembikar Buni".

Sejak awal-awal masehi, mereka diketahui telah berinteraksi dengan pendatang yang kemungkinan besar adalah para pedagang asing (India dan Asia Tenggara daratan).

Hal ini yang dibuktikan dengan temuan tembikar roulleted ware yang khas dari India. Bahkan disebut-sebut temuan tembikar roulleted ware yang ditemukan di Asian Tenggara sampai sekarang paling banyak ditemukan di situs Batujaya. Sejauh ini ditemukan sejumlah lokasi pemukiman masyarakat Buni di sepanjang pantai utara Jawa Barat mulai dari wilayah Bekasi sampai Karawang. Salah satu jejak permukiman Buni itu ditemukan juga ditemukan di Situs Batujaya. 

Jejak budaya Buni yang terlacak umumnya berupa komplek kubur yang cukup besar. Kubur dengan bekal kuburnya memberi pesan bahwa mereka adalah masyarakat yang religius. Berbagai artefak logam dan tembikar disertakan pada tokoh yang dikuburkan juga memperlihatkan adanya pelapisan sosial di dalam masyarakat Buni.

Sehingga ada tokoh yang dimakamkan dengan bekal kubur yang sangat raya (berupa puluhan periuk, manik, dan perhiasan emas) namun ada juga yang hanya diberi beberapa wadah periuk. Salah satu artefak menarik yang termasuk jarang ditemukan adalah penutup mata yang terbuat dari emas. Penutup mata ini ditemukan di sektor lempeng, Batujaya yang tampaknya merupakan areal penguburan pada masa Buni karena lebih dari 25 individu telah ditemukan di sektor ini.

Penutup mata ini ternyata ditemukan pada seorang anak kecil (balita) yang dikuburkan. Hal ini menjadi menarik karena biasanya penutup mata emas ini digunakan oleh seorang dewasa. Temuan penutup mata emas dari Batujaya sebenarnya bukanlah yang pertama karena penutup serupa pernah dilaporkan pula ditemukan di Rengasdengklok oleh penduduk sekitar tahun 1970-an.

Penutup Mata Emas Batujaya
Penutup Mata Emas Batujaya
Temuan penutup mata emas sejauh ini ditemukan juga di beberapa situs arkeologi di Jawa dan Bali. Di Jawa, penutup mata ditemukan di Gresik (kini tersimpan di Museum Mpu Tantular).

Sebenarnya tidak hanya di Gresik karena dari koleksi milik Museum Nasional, Jakarta atau para kolektor, ditemukan juga sejumlah penutup mata emas dari Jawa Tengah dan Jawa Timur yang sayangnya tidak diketahui lagi lokasi temuannya. sedangkan di Bali ditemukan di Situs Gilimanuk dan kubur sarkofagus di Situs Pangkungliplip (Jembrana).

Di luar Jawa dan Bali, penutup mata emas ini ditemukan di Selayar, Goa, Takalar, Bantaeng, Pangkajene, Maros, dan Makasar. Di luar Indonesia, temuan penutup mata emas dilaporkan di Situs Oton di Pulau Panay (Philipina), Santubong (Malaysia) dan Kubur megalitik di Situs Adichanallur (India Selatan ).

Secara geografis, lokasi temuan penutup mata emas ini umumnya berada di kawasan pesisir (Batujaya, Rengasdengklok, Gilimanuk, Gresik, Makasar, Takalar , Malewang) kecuali Pasir Angin (Bogor) dan Jembrana (Bali).

Temuan penutup mata emas yang penggunaannya meluas sampai Malaysia, Filipina dan India menunjukkan bahwa tradisi pemberian bekal kubur berupa penutup mata emas ini satu gejala universal. Tujuan dari pemberian bekal kubur pada orang yang meninggal ini terkait dengan keyakinan yang tersebar luas di Nusantara dan Asia Tenggara bahwa seorang yang meninggal memerlukan bekal untuk pejalanan di kehidupan selanjutnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun