Mohon tunggu...
Agus Suwanto
Agus Suwanto Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer

Pekerja proyek yang hanya ingin menulis di waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pentingnya Berimajinasi

29 Mei 2018   11:40 Diperbarui: 29 Mei 2018   12:05 3448
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: isigood.com

Munculnya agama-agama di bumi ini awalnya juga merupakan produk dari sebuah imajinasi manusia.

Musa yang mempunyai kelebihan jauh di atas rata-rata kaumnya, menjabarkan kepada kaum Yahudi, segala 'imajinasinya' tentang Tuhan yang maha esa dan hubungannya dengan manusia. Tentang asal-usul mereka dan kemana mereka harus menuju. Hal ini dilakukan Musa untuk mengatur dan mengontrol masyarakat Yahudi yang hidup nomaden saat itu.

Dari imajinasinya, maka dibuatlah hukum-hukum yang harus ditaati beserta sangsi bagi mereka yang melanggar. Imajinasi Musa, yang kemudian dijabarkan sebagai tradisi, pedoman dan arah tujuan hidup bagi masyrakat Yahudi.

Begitu juga dengan Yesus. Dia mempunyai angan-angan atau imajinasi tentang bagaimana seharusnya manusia hidup. Bahwa dengan bertindak 'Kasih', sebuah produk hasil dari angan-angan atau imajinasinya, maka manusia akan kembali menyatu dengan Sang Pencipta dan beroleh kehidupan kekal serta suka cita abadi di RumahNya pada fase kehidupan berikutnya kelak.

Meskipun hanya harapan dari sebuah imajinasi, namun banyak orang yang meyakininya dan menjalaninya dengan sepenuh hati.

*****

Pada era sekarang produk-produk imajinasi semakin banyak dibuat. Mulai dari sekedar untuk hiburan, untuk merangsang banyak orang agar berimajinasi lebih lanjut, dan memang untuk segera dibuktikan kebenarannya atau di jadikan sebagai sebuah produk nyata.

Film-film yang diproduksi mayoritas adalah hasil imajinasi untuk tujuan hiburan, namun ada juga hasil imajinasi untuk membuat orang terangsang agar berpikir dan berimajinasi lebih jauh lagi. Misal film tentang masa depan dan perjalanan menembeus ruang-waktu adalah film yang bisa merangsang imajinasi penontonnya untuk 'melayang' lebih tinggi lagi.

Begitu juga dengan buku-buku atau artikel-artikel. Sebagian mungkin masih taraf imajinasi si penulis, namun bisa jadi tulisan tersebut mampu membangkitakan gairah pembacanya untuk mewujudkannya menjadi sesuatu yang nyata. Atau bisa juga menginspirasi pembacanya untuk mencipta imajinasi baru, yang kemudian ditelurkan menjadi sebuah ide dan diterapkan menjadi suatu gerakan nyata.

'Facebook' pada awalnya juga hanyalah sebuah imajinasi dari Mark Zuckerberg tentang cara berbagi komunikasi sesama teman di kampusnya dengan mudah. Kemudian imajinasi tersebut dijabarkan menjadi sebuah ide untuk menciptakan platform komunikasi bersama. Akhirnya, platform media sosial tersebut berkembang menjadi sebuah produk jasa yang sulit dipisahkan dari kebutuhan manusia sebagai mahkluk sosial.

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun