Mohon tunggu...
Agus Suwanto
Agus Suwanto Mohon Tunggu... Insinyur - Engineer

Pekerja proyek yang hanya ingin menulis di waktu luang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Memanfaatkan Kurva-S untuk Mengejar Ketertinggalan Teknologi

11 Januari 2018   11:42 Diperbarui: 11 Januari 2018   13:00 2534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: advantagewomen.com

Tentunya banyak dari kita kenal dengan grafik yang seperti huruf 'S' atau sering disebut dengan kurva-S. Kurva ini banyak sekali dijumpai di berbagai bidang pekerjaan dan penelitian. Contoh kecil, kurva-S digunakan untuk mengontrol sekaligus membuat report jalannya sebuah proyek pembangunan atau untuk kontrol jalannya sebuah produksi.

Pada dasarnya kurva-S adalah merupakan satu siklus pergerakan atau pertumbuhan dalam satu rentang waktu dan terbagi menjadi tiga bagian besar (lihat gambar) : Bagian pertama adalah masa awal pertumbuhan (infancy); Bagian kedua adalah masa perkembangan (expansion) dan bagian ketiga adalah masa akhir dari suatu pertumbuhan yang telah mendekati puncaknya atau kematangannya (maturity).

Ada beberapa pertumbuhan hanya mengalami satu siklus saja (awal pertumbuhan -- perkembangan -- masa akhir/kematangan). Namun, ada juga pertumbuhan yang mengalami beberapa kali siklus, dimana masa-masa awal sebenarnya adalah masa-masa puncak untuk siklus pertumbuhan sebelumnya, dan masa-masa puncak pertumbuhan bisa sebagai awal pertumbuhan untuk satu siklus pertumbuhan berikutnya.

Kurva-S PadaPertumbuhanManusia dan Kecepatan.

Manusia pada umumnya juga mengalami pertumbuhan dalam satu siklus kehidupan. Misalnya pertumbuhan kecerdasan otak, emosi dan ketuguhan fisik, akan tumbuh relatif mendatar dari sejak lahir hingga umur dewasa, sekitar 20-25 tahun. Setelah itu, pertumbuhannya akan mengalami peningkatan yang sangat pesat, sejalan dengan tantangan dan kesempatan yang dialaminya hingga umur sekitar 45-50 tahun.

Kemudian pertumbuhannya akan relatif mendatar hingga mencapai umur maximalnya sekitar 65--75 tahun. Setelah itu kecerdasan otak, emosi dan kondisi fisik akan menurun, kembali seperti anak kecil dan akhirnya menjadi seperti bayi yang butuh bantuan secara penuh dari orang lain, hingga manusia tersebut berakhir hidupnya.

Contoh lainnya adalah alat transportasi yang pernah dibuat oleh manusia. Pertumbuhan laju kecepatannya juga mengikuti kurva-S. Mulai sejak manusia ada, dibutuhkankan waktu ribuan tahun hingga ditemukannya kereta api uap pertama pada awal abad 18 yang kecepatan maximumnya berkisar 70 Km/Jam. Ada garis pertumbuhan kecepatan alat transportasi yang mendatar untuk waktu yang sangat lama.

Namun setelah itu, manusia hanya membutuhkan waktu sekitar satu setengah abad untuk membuat kendaraan dengan kecepatan ratusan km/jam, seperti mobil sport dan kereta api cepat. Pada awal tahun enampuluhan pesawat supersonic pertama tercipta, yang artinya bisa melaju melebihi kecepatan suara (1238 KM/Jam). Saat ini, manusia sudah mampu mencipta pesawat dengan kecepatan sebesar hampir 10 kali kecepatan suara (March 9,8). Terjadi pertumbuhan kecepatan yang besar hanya dalam waktu relatif singkat.

Akankah manusia mampu meningkatkan kecepatan pesawat terbang hingga berlipat ganda dari yang sekarang untuk beberapa tahun ke depan? Diperkirakan kecepatan pesawat untuk puluhan tahun kedepan tidak akan berubah, karena manusia akan lebih memikirkan untuk memperbaiki teknologi demi keselamatan dan kenyamanan terbang, sehingga lonjakan kecepatan pesawat atau roket masih jauh akan terjadi.  Garis pertumbuhan kecepatan akan relatif mendatar untuk waktu lama sebelum terjadi siklus berikutnya.

Kurva-S Negara Maju

Begitu juga dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta ekonomi sebuah negara, yang selalu berlaku seperti kurva-S. Negara-negara Eropa Barat, sejak dari awal abad pertengahan, yaitu sekitar abad 5 hingga lebih dari sepuluh abad lamanya, teknologi industri boleh dikata tidak mengalami perkembangan atau pertumbuhannya sangat lambat dan tidak significan bila dibandingkan dengan waktu berabad-abad yang telah dilewati.  

Namun, masa pertumbuhan yang datar (infancy) tersebut berubah menjadi lonjakan (expansion), setelah James Watt pada pertengahan abad 17 menemukan mesin uap. Hanya butuh kurang dari satu abad, pertumbuhan teknologi khususnya yang berbasis uap sangat pesat. Terjadi revolusi Industri saat itu. Semua industri digerakan dengan mesin uap sehingga menjadi sangat cepat dan efisien dalam berproduksi. Di masa expansion tersebut juga muncul teknologi baru, seperti kapal laut uap dan kereta api uap.

Setelah itu pertumbuhan industri tidak melonjak lagi dan cenderung mendatar. Masa tersebut disebut maturity atau masa kematangan, dimana pertumbuhan teknologi industri berbasis uap cenderung datar. Saat itu negara-negara lebih foukus untuk memaksimalkan penggunaan teknologi uap demi pertumbuhan ekonomi. Selain itu, mereka juga fokus dalam menyebarkan pemakaian teknologi tersebut.

Pertumbuhan teknologi industri selama sekitar tiga abad (abad 17 hingga abad 20) boleh dibilang mendatar. Perkembangan teknologi mengalami lonjakan lagi setelah pertengahan abad 20, dimana teknologi berbahan bakar minyak bumi ditemukan dan mulai banyak diterapkan. Hanya butuh kurang dari seratus tahun, teknologi sudah berkembang sangat pesat hingga saat ini.

Ada muncul negara-negara baru yang maju secara teknologinya. Amerika serikat dan Jepang adalah contoh dua negara yang mampu menyamai negara-negara Eropa Barat dalam hal teknologi. Kedua negara ini mampu memanfaatkan realita kurva-S. Mereka bergerak cepat memajukan teknologi industri negaranya saat negara-negara Eropa sedang dalam masa maturity, dimana perkembangan teknologinya relatif datar.

Jepang dengan restorasi Meijinya bergerak cepat memajukan negaranya. Amerika, setelah merdeka dan didukung dengan sistem demokrasi sekularnya, juga bergerak cepat mengejar ketertinggalannya.

Kedua negara tersebut berada di fase expansion saat itu, dimana teknologi mereka mengalami pertumbuhan yang cepat. Mereka bisa cepat melakukannya karena teknologi yang sudah ada di negara maju saat itu, dibawa masuk ke negaranya untuk kemudian dikembangkan sendiri. Mereka akhirnya mampu menyamakan kedudukannya dengan negara Eropa barat, yang saat itu teknologinya sedang dalam fase maturity yang relatif datar perkembangannya.

Hal yang sama juga terjadi pada Korea Selatan dan Cina pada tiga dasawarsa belakangan ini. Mereka bergerak masuk fase expansion,selagi perkembangan teknologi di negara-negar maju sedang dalam tahap maturity yang relatif datar. Mereka menyingkirkan aspek-aspek non teknis agar bisa tetap fokus mengejar ketertinggalan dari negara-negara maju.

Korea Selatan menerapkan system demokrasi sekuler yang memisahkan agama dan negara, sementara Cina yang komunis, membuka ruang yang sangat luas untuk kapitalisme demi mengejar ketertinggalan. Kita lihat, Korea Selatan  dan Cina sudah menjadi negara maju dalam teknologi dan ekonomi.

Dalam skala yang berbeda, terjadi juga di Thailand. Negara dengan mayoritas penganut Budha ini, meski sudah beberapa kali terjadi ketegangan politik yang berujung pada kudeta militer, namun masyarakatnya relatif terbuka terhadap ide-ide dari luar, tanpa takut akan kehilangan identitas keBudhaannya. 

Mereka sudah selesai dengan urusan LGBTnya, sehingga membuat kaum tersebut bebas berkreasi dan mampu berkontribusi pada ekonomi negara. Sementara, pemerintahnya sendiri bisa fokus untuk mengembangkan teknologi pertaniaannya, sehingga Thailand sudah menjadi negara yang maju untuk urusan teknologi pertanian.

Indonesia Juga Bisa Memanfaatkan Kurva-S

Bagaimana dengan Indonesia? Tentu juga punya kesempatan untuk mengejar ketertinggalan teknologi, apalagi sebenarnya banyak terdapat pribadi-pribadi yang cerdas di negeri ini.

Diprediksi, teknologi sekarang masih dalam fase maturity, yang berarti pertumbuhannya relatif datar. Ini kesempatan untuk mengejar. Indonesia hanya fokus dan berusaha untuk masuk dalam fase expansion saja, sehingga dalam dua atau tiga dekade ke depan bisa berdiri sejajar dengan negara maju lainnya.

Namun, yang perlu diingat adalah syarat-syarat untuk bisa berada dalam fase expansion tersebut harus bisa dipenuhi terlebih dahulu. Salah satu penghambat adalah sikap dan pola pikir masyarakat dan juga skala prioritas mayoritas masyarakat.

Misalnya sikap terhadap LGBT. Indonesia harus bisa menerima mereka apa adanya dan memberikan ruang bagi mereka untuk berkontribusi membangun negeri tanpa perlakuan diskriminasi. Negara-negara Eropa pada awalnya memang menolak dan mendiskriminasi serta mencoba untuk menyembuhkan kaum LGBT ini.

Namun, setelah melewati waktu yang panjang dengan berbagai penelitian dan diskusi yang dilakukan, akhirnya disimpulkan bahwa LGBT bukanlah suatu penyakit yang harus disembuhkan. Maka, sejak sekitar tiga dasawarsa lalu, negara Eropa sudah menerima keberadaan mereka dan memberikan ruang untuk turut serta berkontrubusi bagi negara.

Indonesia harus berani mengambil sikap untuk menerima kaum LGBT tanpa mengulangi proses yang pernah gagal tersebut. Ini sangat penting agar kita bisa fokus terhadap kemajuan teknologi tanpa kehilangan waktu.

Kemudian tentang pola pikir mayoritas masyarakat yang masih terjebak dan terlalu berorientasi pada kisah-kisah dogma masa lalu dari kitab suci. Misalnya saja tentang air kencing onta yang baik untuk diminum dan bisa mengobati berbagai penyakit, hanya berdasar pada 'kisah suci', tanpa melalui penilitian ilmiah yang benar, adalah penghambat bagi pola pikir untuk maju.

Prioritas mayoritas masyarakat yang masih menginginkan agama menjadi pedoman perilaku dan sekaligus hukum bagi masyarakat dan negara, membuat bangsa Indonesia kurang fokus untuk mengejar ketertinggalan teknologi. Malah terkesan masyarakat Indonesia menjadikan kejayaan agama menjadi priorotas utama.

Penutup

Sekali lagi, saat ini kemajuan teknologi sedang mengalami maturity, hal ini merupakan kesempatan baik bagi Indonesia untuk mensejajarkan diri dengan negara maju, selagi belum ada lonjakan secara significan penemuan teknologi baru. Yang diperlukan Indonesia adalah untuk segera masuk dalam fase expansion, tanpa perlu mengulangi proses yang pernah dilakukan oleh negara Eropa seperti tentang LGBT yang terbukti tidak berhasil.

Justru yang perlu diterapkan adalah contoh proses yang berhasil dilakukan, yaitu pemisahan agama dengan negara. Jadi, untuk mendukung agar fokus dalam tahap expansion ini, maka sikap sekularisme harus disosialisasikan segera, tanpa harus melewati masa-masa suram yang dialami negara-negara Eropa akibat dicampurnya agama dalam kehidupan bernegara.

Dengan demikian, Indonesia  bisa dipastikan akan mampu mengejar ketertinggalan dan mensejajarkan kemajuan teknologi, sehingga dalam waktu satu atau dua dekade ke depan, kita akan menjadi bangsa yang maju dan kuat secara teknologi dan ekonomi.

Namun, kalau yang terjadi adalah kebalikannya, maka kita hanya akan terkaget-kaget ketika melihat lonjakan perkembangan teknologi lagi. Saat itu keadaan sudah terlambat dan kita terpaksa harus puas untuk duduk di posisi negara penggembira dan follower saja. Sekian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun