Mohon tunggu...
agus siswanto
agus siswanto Mohon Tunggu... Guru - tak mungkin berlabuh jika dayung tak terkayuh.

Guru Sejarah

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Gegara Ziarah, Lockdown Jadinya

19 Juni 2021   17:05 Diperbarui: 19 Juni 2021   17:35 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: news.detik.com

Membaca berita Kompas.com hari ini, terasa ada yang miris. Apalagi kalau bukan berita tentang locdown-nya dua dusun di Kabupaten Sleman karena puluhan warganya terpapar Covid-19. Berdasar penelusuran pihak-pihak berwenang ternyata kejadian ini berawal dari rombongan ziarah warga ke Magelang beberapa hari sebelumnya.

Berita ini tentu saja membuat kita geleng-geleng kepala. Terbayang dalam benak kita, bagaimana ledakan kasus Covid-19 di India beberapa waktu yang lalu. Kegiatan keagamaan yang memancing kerumunan massa, ditambah lemahnya penerapan protokol kesehatan menjadi bom yang luar biasa. Lonjakan drastic kasus Covid-19 pun terjadi di negara itu.

Jujur harus diakui, bahwa di kalangan sebagian masyarakat masih beranggapan virus ini hanya sekedar halusinasi. Mereka tidak mempercayai keberadaannya. Ada sebagian juga yang memandang enteng. Hal ini nampak pada beberapa kejadian yang ada.

Kasus di Sleman sendiri terjadi saat rombongan warga sebanyak 2 bus, berbondong-bondong melakukan ziarah ke Magelang. Dalam kasus ini terbayang di benak kita, paling tidak 40 -- 50 orang berjejal dalam satu bis. Keberadaan mereka dalam waktu yang lama ditambah sirkulasi udara yang tidak memadai, bukan tidak mungkin menjadi titik pangkal penyebaran virus ini.

Seandainya saja saat itu ada satu warga yang diam-diam telah terpapar, maka dengan mudah penyebaran pun akan terjadi. Kontak langsung di antara mereka dapat terjadi meskipun mereka beralasan telah mengenakan masker, penyebaran pun dapat terjadi. Karena bagaimanapun juga salah satu dari syarat protokol kesehatan mereka abaikan, terutama dalam hal jaga jarak dan kerumunan.

Kasus di Sleman saya yakin bukan satu-satunya kasus. Masih banyak kasus semacam ini yang terjadi. Faktanya di jalanan masih banyak kita temukan beberapa rombongan bus dengan tulisan rombongan atau wisata religi pada bagian depan atau belakangnya.

Fakta yang tak kalah menarik, bahwa sebagian perusahaan oto bis melakukan hal yang tidak semestinya. Hal ini terjadi pada rombongan ziarah di salah satu tempat di Magelang. Saat itu warga dari sebuah kampung dengan menggunakan 2 bus melakukan perjalanan ziarah ke Kudus. Padahal saat itu kasus tengah melonjak.

Setelah usut punya usut, ternyata ada satu fakta menarik. Kepergian mereka didasarkan pada sebuah alasan yang sepele. Menurut mereka karena ada diskon sewa bus yang cukup besar. Sehingga dengan menggunakan aji mumpung murah ini, warga kampung tersebut melakukan perjalanan ziarah.

Kenyataan-kenyataan semacam inilah yang berkembang di masyarakat. Mereka tidak pernah memperhitungkan saat puluhan warga terpapar, maka tenaga kesehatanlah yang akan kelimpungan dalam menanganinya. Kesadaran warga yang sangat rendah menjadi faktor utama lonjakan kasus ini.

Pernyataan semacam ini pula yang disampaikan oleh para ahli. Varian baru bukan satu-satunya penyebab ledakan kasus Covid-19 belakangan ini. Walaupun harus diakui varian baru ini mempunyai tingkat penyebaran yang tinggi, namun perilaku masyarakatlah yang sebenarnya menjadi pemicu utama. Penerapan protokol kesehatan yang lemah menjadi awal ledakan kasus ini.

Lembah Tidar, 19 Juni 2021

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun