Mohon tunggu...
Agus Setyadi
Agus Setyadi Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Wartawan Banda Aceh dan Kuliah di komunikasi unsyiah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kala Guru Honor Mengatur Lalu Lintas

6 September 2012   08:01 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:51 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BANDA ACEH | ACEHKITA.COM — SUARA klakson sepeda motor dan mobil saling bersahutan, menambah gaduh perempatan itu. Di bawah guyuran hujan, mereka ingin mendahului. Namun, mereka tak bisa beranjak karena lampu pengatur lalu lintas (traffict light) di perempatan Simpang Surabaya, siang tadi, padam total. Akibatnya, kemacetan hingga ratusan meter terjadi di sana.

Agus Setyadi/ACEHKITA.COM

Tak ada polisi yang bertugas mengatur lalu lintas, sehingga kesemrawutan di jalanan terlihat jelas. Semuanya saling mendahului, tak ada yang mau mengalah. Untung saja, tak ada kecelakaan di tengah hujan itu.Di tengah keegoan para pengguna jalan, tiga lelaki turun ke jalan. Mereka berdiri di tiga penjuru lampu merah. Satu di antara tiga lelaki itu berseragam coklat ala pegawai negeri sipil dibalut jaket hitam. Ia berdiri di tengah jalan, di antara para pengemudi yang ingin mendahului satu sama lain. Joni Heri, nama lelaki itu. Ia merupakan guru honor di SD Negeri 54 dan SD Negeri 1 Banda Aceh. Di bawah guyuran hujan, ia memberlakukan buka tutup jalan, bak lakon para polisi lalu lintas. Dan, Joni berhasil mengurai kemacetan dan kesemrawutan di Simpang Surabaya. Pengendara pun tertib, tak lagi saling serobot. “Saya berinisiatif untuk membantu melancarkan arus lalu lintas karena saya melihat kendaraan sudah menumpuk dan polisi lalu lintas tidak ada,” kata Joni kepada acehkita.com, Rabu (5/9). Aksi Joni ini mendapat dukungan pengguna jalan lain. Mereka berdua lah yang kemudian menjadi “raja” di jalan. Belakangan, seorang polisi datang ikut membantu mereka. Arus lalu lintas dari arah Lueng Bata menuju ke Kota atau Simpang Jambo Tape atau sebaliknya, akhirnya normal. “Saya sendiri ingin membantu masyarakat Aceh dengan saya membuktikan bahwa tidak hanya dengan kebersamaan lain, dalam kemacetan lalu lintas pun kita harus terjun sama-sama untuk mencegah kemacetan itu sendiri,” jelasnya. Kemacetan panjang itu terjadi sekitar pukul 14.30 WIB dan baru normal kembali sekitar pukul 16.00 WIB. Polisi lalu lintas yang seharusnya bertugas untuk mengatur lalu lintas tidak terlihat saat kendaran-kendaraan itu menumpuk. Pada saat kemacetan terjadi, Joni bersama warga lainnya tidak langsung terjun untuk mengatasi kemacetan. Ia awalnya hanya melihat kemacetan itu dari sebuah toko yang terletak tidak jauh dari Simpang Surabaya. “Saya tunggu sekitar dua puluh menit, tapi kendaraan tidak juga bergerak. Kemudian saya berinisiatif untuk menuju ke sana,” ujar Joni. Saat ia menuju ke lokasi kemacetan, ia dibantu salah seorang warga lainnya yang menggunakan baju hujan, dan seorang anggota kepolisian. Namun, anggota polisi lalu lintas baru tiba ke lokasi sekitar pukul 16.45 WIB. Hingga pukul 17.00 WIB, lampu pengatur lalu lintas di kawasan Simpang Surabaya Banda Aceh masih mati total. []

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun