Mohon tunggu...
Agus Pribadi
Agus Pribadi Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Mencoba menghayati kehidupan dan menuliskannya dalam cerita-cerita sederhana. Kunjungi juga tulisan saya di http://aguspribadi1978.blogspot.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum 2013, Apanya yang Berubah? Apanya yang Baru?

18 Desember 2012   15:53 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:25 3624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Rencana perubahan kurikulum dari Kurikulum 2006 (KTSP) ke Kurikulum 2013 menyisakan pertanyaan. Apakah yang berubah dari Kurikulum 2013 dibandingkan dengan kurikulum sebelumnya? Dengan kata lain, apa yang baru dari kurikulum 2013?

Masih teringat dari penerapan kurikulum 2004 dan dilanjutkan ke kurikulum 2006. Sangat jelas perubahannya di sini, dari kurikulum sebelumnya.

Kurikulum 2004 dikenal dengan visi Kompetensinya. Bahwa peserta didik bukan sekedar mengetahui tapi dituntut untuk kompeten yakni mengintegrasikan antara sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Selain itu dikenalkan juga CTL atau pembelajaran kontekstual, bahwa pembelajaran harus dikaitkan dengan kondisi lingkungan sekitar agar bermakna.

Kurikulum 2006 menyempurnakan kurikulum sebelumnya, bahwa penyusunan kurikulum menjadi kewenangan sekolah. Sekolah membuat kurikulumnya sendiri berdasarkan karakteristik sekolah masing-masing.

Konsekuensi dari kurikulum berbasis kompetensi dan pembelajaran kontekstual adalah sangat jelas pada praksis pembelajarannya, yakni : siswa membangun dan menemukan sendiri pengetahuan yang didapat, guru sebagai fasilitator. Guru mengaitkan materi pembelajaran dengan keadaan riil di lingkungan sekitar sekolah. Dalam IPA dikenal 3 metode pembelajaran. Diantaranya CL, PBI, dan DI.

Nah, dalam kurikulum 2013 memang ada yang menjadi salah satu visinya yakni berbasis karakter. Pertanyaannya, barukah sesuatu yang dinamakan karakter itu? Jelas karakter sudah ada sejak awal mula ada guru dan pendidikan, bahkan sebelumnya. Tanpa dicantumkan pun guru telah mengajarkan kebaikan kepada siswa, selain pelajaran yang menjadi keahliannya. Sebagai contoh guru IPA. Dalam IPA dikenalkan sikap ilmiah, diantaranya : Jujur, teliti, menghargai pendapat orang lain, tekun, membedakan fakta dan opini, rasa ingin tahu, mencintai lingkungan, dan sebagainya. Bukankah itu penuh dengan muatan karakter?

Pertanyaan selanjutnya adalah, apa konsekuensi dari kurikulum berbasis karakter pada praksis pembelajarannya? Jika hanya sosialisasi karakter dan tauladan guru, itu bukan sesuatu yang baru. Dari dulu guru sudah mengenalkan karakter dan memberi tauladan sekecil apapun itu. Lantas apanya yang baru?

Selanjutnya Pramuka akan dimasukan dalam kurikulum 2013. Pertanyaannya barukah sesuatu yang bernama Pramuka? Jawabannya jelas tidak. Tanpa dimasukan dalam Kurikulum pun Pramuka sudah maju. Banyak prestasi diukir generasi muda kita melalui Pramuka. Banyak kegiatan yang dilakukan generasi muda kita melalui Pramuka, dan sebagainya.

Yang mungkin ada dari kurikulum 2013 adalah kegelisahan mengenai berbagai hal. Misalnya rencana penghapusan /penggabungan pelajaran IPA dan pelajaran IPS di SD, rencana peniadaan pelajaran TIK dan pelajaran Bahasa Jawa (kalau tidak salah), Rencana pengadaan buku babon mata pelajaran dari pusat, dan sebagainya. Kegelisahan dari para guru, dan komponen pendidikan lainnya, karena mungkin ketidak jelasan mengenai hal itu.

Dalam waktu sebulan terakhir ini guru Bahasa Jawa di Jateng meninggi intensitasnya dalam berkomunikasi, baik melalui pesan singkat, telepon, maupun jejaring sosial di internet. Mereka resah oleh informasi tidak dicantumkannya mata pelajaran Bahasa Jawa dalam draf perubahan kurikulum 2013. Ada sinyalemen mereka bakal kehilangan kesempatan mengajar atau harus alih tugas mengampu mata pelajaran lain. ( Eko Wahyudi, Suara Merdeka, 18/12/12)

Lantas bagaimana selanjutnya?

Mengingat tidak sedikit biaya yang diperlukan, serta konsekuensi lainnya yang boleh jadi akan berakibat kurang baik bila penerapannya tidak tepat. Semoga pembuat kebijakan pendidikan mendengar dan mengakomodir masukan-masukan, termasuk kegelisahan-kegelisahan yang ada di masyarakat berkaitan dengan rencana pemberlakuan kurikulum 2013, untuk kemudian mengambil langkah yang paling tepat. Demi kemaslahatan bersama, seluruh bangsa Indonesia.

Salam Kompasiana!

Banyumas, 18 Desember 2012

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun