Lalu ia beranjak keluar rumah, meninggalkan asap rokok yang masih melayang tipis.
Aku hanya bisa diam, sambil membasuh wajahku yang masih basah oleh air mata. Kata-kata ayah perlahan meresap di kepalaku.
Ibu mendekat, menepuk pundakku perlahan. "Udah... habisin makanannya, nanti dimarahin lagi," katanya sambil tersenyum dan mengusap kepalaku.
Dengan cepat, aku mulai menyantap sisa mi itu, meski air mata dan ingus masih turun tak terkendali. Sesekali kuusap hidung dan mataku dengan punggung telapak tangan.
"Ih, jorok... kakak ingusan!" kata adikku yang paling kecil sambil cekikikan.
Aku ikut tertawa kecil, walau masih setengah menangis. Lalu menarik napas panjang... dan mencoba menghabiskan mi itu sampai tandas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI