Mohon tunggu...
Agusman Syahputra Gulo
Agusman Syahputra Gulo Mohon Tunggu... Aktif Menulis

Menyukai Menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Cerita Meja Makan: Drama Nilai Nol

1 Agustus 2025   10:16 Diperbarui: 1 Agustus 2025   10:16 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Diedit oleh Penulis

Mataku tertuju pada bayangan hitam yang bergerak itu. Kadang ia membentuk siluet burung, kemudian menyerupai gajah, dan satu lagi... apa itu? Aku hampir tak bisa mengenali bentuknya. Kata ibu, itu bentuk laba-laba. Hmm, entah kenapa bagiku sama sekali tak tampak seperti laba-laba.

Aku kembali menyeruput mi buatan ibu malam ini. Rasanya cukup pedas, namun justru pas untuk menghangatkan dinginnya malam. Dua adikku berkali-kali berjuang menahan air yang hendak jatuh dari hidung mereka. Tapi sering kali, ingus itu tetap saja tak mau diajak kompromi. Ibu hanya tertawa kecil dan berkata, "Pelan-pelan saja makannya," sambil tersenyum melihat tingkah mereka.

Satu lagi orang yang sedari tadi cukup diam, hanya fokus pada apa yang ia santap: ayah.
"Bagaimana ujianmu hari ini?" tanya ayah, sambil mengusap sisa kuah di sudut bibirnya.

Sorot matanya cukup tajam, langsung menembus ke arahku. Jujur saja, aku malas sekali menjawab pertanyaan itu. Kenapa? Tentu saja karena pagi ini memang hari ujian di SD-ku. Sialnya, yang diujikan adalah matematika---dan aku sama sekali belum paham dengan materinya.

Dan yang paling mengenaskan, aku dapat nilai 0. Ya, nol bulat tanpa cela. Ganjaran yang cukup telak untuk rasa malas dan bingungku sendiri.

Sekarang masalahnya, bagaimana caranya aku mendeskripsikan angka 0 ini kepada sang "guru besar" di meja makan?

Aku hanya diam, berusaha mengabaikan pertanyaan itu. Mataku melirik ke arah ibu; beliau memberi isyarat halus agar aku segera menjawab. Tapi... bodo amat lah. Dari pada harus diikat lagi di pohon pisang malam ini. Apalagi hujan juga sudah berhenti, jelas hukuman di luar rumah itu bisa dieksekusi dengan mudah.

Aku menunduk, mencoba menepis semua tatapan. Suasana jadi mencekam. Hanya suara seruputanku sendiri yang terdengar. Empat pasang mata masih menunggu jawabanku. Tak ada suara jangkrik, tak ada suara kodok, bahkan rintik hujan pun mendadak diam. Padahal sebelumnya sangat bising, tapi kenapa sekarang semua bisu?

Satu helai mi tersangkut di mulutku, hampir tertelan, tapi urung karena aku kebingungan kenapa semua menunggu jawabanku. "Slurppp..." akhirnya mi itu masuk juga.

Aku menarik napas pelan. Di kepalaku saat itu cuma ada satu harapan: semoga malam ini aku tetap bisa tidur tenang.

Ibuku akhirnya membuka suara.
"Hari ini dia dapat nilai 0 di pelajaran matematika," katanya pelan sambil membereskan piring kotor. Ia sempat tersenyum kecil ketika melihat wajahku yang sudah pucat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun