Kang Dedi Mulyadi atau KDM, saat ini  bagi pengguna media sosial  bukan nama yang asing lagi. KDM,  Gubernur Jawa Barat menjadi perhatian bukan hanya karena kebijakannya, tapi juga karena komunikasinya yang unik. Berkunjung ke desa, ngobrol langsung dengan rakyat, dan semua itu dibagi lewat media sosial. Ada yang menyebut dia sebagai "Gubernur Konten." Apakah ini hanya pencitraan ? Atau justru cara baru memimpin di era digital?
Dalam ilmu komunikasi, apa yang dilakukan Kang Dedi  merupakan strategi komunikasi dua arah. Artinya , bukan hanya pemerintah berbicara kepada rakyat, tetapi rakyat juga punya tempat untuk menyampaikan pemikirannya. Cara ini membuat orang merasa dekat. KDM tidak berbicara dari balik panggung tapi dari jalan, kedai kopi dan bahkan mobilnya sendiri.
Di era digital saat ini, pemimpin mesti hadir tidak hanya secara fisik tapi juga secara visual. Ruang publik kini bukan hanya kantor pemerintah tapi juga media sosial. Dalam bagian ini KDM bisa tampil unik. Dengan baju dan ikat kepala khas Sunda warna putih menunjukkan kemampuannya untuk bercerita, mengemas aturan dengan cerita sehari-hari yang menyentuh hati Ini bukan hanya soal penampilan tetapi juga bagaimana membangun kepercayaan.
Salah satu keputusan berani yang diambil KDM adalah mengurangi anggaran kerja sama media dari Rp50 miliar jadi Rp3 miliar. KDM lakukan ini karena informasi bisa disampaikan langsung lewat sosial media. Meskipun berhasil, langkah ini tetap dapat kritik. Media lokal merasa terpinggirkan. Ini menjadi catatan penting, dalam komunikasi publik, keberhasilan tidak boleh mengorbankan keragaman informasi.
      Selain itu KDM juga sempat membuat kontroversi dengan kebijakannya, seperti rencana vasektomi untuk penerima bantuan sosial dan ide mengirim remaja nakal ke barak militer. Cara ini menuai kritik. Ada yang setuju karena dianggap ekstrem, ada yang khawatir sebab dianggap melanggar hak asasi manusia.  Namun dari sudut ini KDM tidak takut mengambil langkah lain meski menantang arus.
Dari sentiment publik, datanya  cukup  menarik. Selama bulan April hingga Mei, KDM termasuk tokoh dengan tingkat pemberitaan yang tinggi di media  sosial. Sentimen  publik terdiri dari: 50% positif, 38% negatif, sisanya netral. Hal ini berarti gaya komunikasi KDM sukses menarik perhatian masyarakat.
Tapi dalam balik semua kontroversi dan kontennya, KDM mencoba memberikan gaya kepemimpinan  baru. Ia tampak dekat dengan masyarakat, jelas, dan berani muncul tanpa basa-basi. Hal ini sangat penting dalam tengah krisis kepercayaan pada pejabat publik.
Pada akhirnya, KDM bukan hanya "Gubernur Konten". Ia adalah  simbol dari perubahan gaya komunikasi  seorang pemimpin. Ia dapat menggabungkan kerja nyata dengan visual yang kuat. Tantangan ke depan yaitu bagaimana menjaga agar semua ini tidak berhenti di layar ponsel tetapi rakyat bisa merasakan apa yang dilakukannya.
Dalam dunia yang semakin cepat dan kompleks, rakyat tidak hanya butuh pemimpin yang muncul di media sosial, tetapi juga yang bisa hadir, bisa berbicara dengan benar, dan bisa kerja nyata. Sejauh ini KDM sudah mulai langkah itu; dengan cara yang unik tapi justru karena itu jadi menarik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI