Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Jeruk Peras Cisalak: Kesegaran yang Tak Ditemukan di Kota

18 Oktober 2025   14:12 Diperbarui: 18 Oktober 2025   14:12 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Jeruk peras hasil kebun keluarga di Cisalak, Subang (dok. pribadi)

Di samping halaman rumah orang tua saya di Cisalak, Subang, tumbuh beberapa pohon jeruk yang tak pernah benar-benar sepi dari daun hijau dan buah kuning menyala. Pohon-pohon itu ditanam oleh almarhum ayah saya ketika saya masih duduk di bangku SD. Waktu itu, saya sering menemaninya ke kebun, meski tak banyak membantu selain mengobrol dan mendengarkan nasihatnya.

"Dua puluh, tiga puluh tahun lagi, buahnya bisa kamu atau anak kamu nikmati," katanya suatu sore sambil menancapkan cangkul ke tanah.

Kini ucapan itu terasa seperti do'a yang sedang menetas pelan-pelan. Setiap kali pulang kampung, salah satu rutinitas pertama saya adalah berjalan ke kebun, memetik jeruk peras yang sudah ranum, lalu membawanya ke dapur untuk dibuat minuman segar.

Aroma Kampung dan Rasa yang Jujur

Jeruk peras dari kebun ayah berkulit agak tebal, tapi aromanya tajam menusuk hidung bahkan sebelum dikupas. Biasanya saya memeras dua atau tiga buah, menambah sedikit gula, lalu menyeduhnya dengan air panas sebelum ditambahkan es. Rasanya? Segar dan bersih, dengan keasaman yang tidak menusuk, seakan membawa udara kampung ke dalam segelas minuman.

Setiap teguk mengingatkan saya pada masa kecil: sore-sore di kebun, suara jangkrik dari rumpun bambu, dan ibu di dapur yang sedang menanak nasi. Di meja kayu tua, kami berkumpul minum jeruk peras bersama. Tidak ada gelas mewah dan sendok bermerk, hanya gelas sederhana dan suasana hangat yang membuat semuanya terasa cukup.

Dari Kebun, untuk Semua

Pohon jeruk itu tidak hanya memberi buah bagi keluarga kami. Setiap kali musim panen tiba, ibu selalu berkata,

"Petik yang banyak, nanti bawa ke Bekasi. Kalau memang teman-teman kamu di sana suka sekali jeruk dari sini."

Selajutnya benar saja, jeruk hasil kebun itu selalu habis sebelum waktunya. Sebagian dibagikan ke tetangga, sebagian dibawa saudara, sebagian lagi dijadikan oleh-oleh bagi siapa pun yang sempat mampir. Kami tidak pernah memperhitungkan berapa banyak buah yang keluar dari kebun; bagi keluarga saya, berbagi adalah bagian dari panen itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun