Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Kompasiana, Pasar Gagasan Tanpa Sewa Lapak dan Jatah Preman

7 Oktober 2025   22:39 Diperbarui: 8 Oktober 2025   11:00 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perdagangan (shutterstock.com via Kompas.com) 

Kadang saya mikir, kenapa sih saya masih betah nulis di Kompasiana?
Padahal bisa saja saya menulis di blog pribadi: rumah sendiri, bebas ngatur isi, tanpa saingan di beranda trending.

Tapi entah kenapa, saya selalu balik lagi ke sini.
Mungkin karena di Kompasiana, saya tidak hanya menulis, tapi juga berjualan gagasan di pasar besar.
Bedanya, kalau di pasar sungguhan kita bayar sewa lapak, di sini buka lapak gratis: tanpa sewa, tanpa pungutan liar, dan tentu saja tanpa jatah preman... :)

Lapak Gratis, Resiko Tetap Ada

Ya, lapaknya memang gratis, tapi risikonya tetap ada:
pembaca lewat tanpa nengok, komentar kosong, dan statistik views yang bisa bikin kita merasa seperti pedagang sayur jam lima sore.
Kadang tulisan baru tayang lima menit, sudah turun ke bawah karena lapak sebelah upload tulisan "10 Cara Move On Tanpa Air Mata". Siapa yang mau baca refleksi saya kalau judulnya nggak pakai resep "cinta"?

Mirip judul lagu, kecuali lagu religi kali ya?

Tapi di situlah seninya.
Kita menulis bukan untuk viral, tapi untuk waras.
Bukan untuk lomba like, tapi untuk menguji logika. Meski kadang yang menang tetap yang tulisannya menggunakan resep "cinta" dari admin.

Admin, Sang Pengelola Pasar

Untungnya pasar ini ada pengelolanya: Admin Kompasiana.
Mereka seperti petugas pasar yang sabar: rajin bersih-bersih spam, ngatur tata letak lapak, bahkan sesekali kasih penghargaan Artikel Utama buat pedagang yang tampil beda.
Kalau artikel kita terpilih AU, rasanya seperti kios kecil tiba-tiba viral di TikTok.
Tiba-tiba pembaca datang berbondong-bondong, padahal kemarin masih sepi kayak warung mi instan jam tiga pagi.

Selanjutnya yang paling lucu, di Kompasiana kita bukan cuma menulis, tapi juga belajar promosi.
Mulai dari yang kasih komentar "tulisannya keren, Pak!" biar dibalas kunjungan, sampai strategi follow for follow yang lebih hangat dari politik pencitraan.

Pasar Gagasan: Riuh Tapi Ramah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun