Jika Indonesia benar-benar melangkah ke Piala Dunia 2026, saya tidak akan menilai keberhasilan itu semata-mata dari skor pertandingan atau posisi klasemen. Bagi saya, pencapaian itu adalah buah dari proses panjang yang penuh ujian.
Saya berharap, kelolosan itu menjadi momen refleksi bagi semua pihak: bahwa Indonesia bisa karena bersabar menghadapi prosesnya. Bahwa segala perdebatan, kritik, dan bahkan cibiran tentang naturalisasi akhirnya menjadi bagian dari pembelajaran nasional.
Piala Dunia nanti, entah Indonesia menang, seri, atau kalah, harus menjadi ruang refleksi akan kematangan kita sebagai bangsa yang belajar dari pengalaman.
Selanjutnya setelah peluit terakhir berbunyi, semoga kita tidak berhenti di situ saja.
Harapan dari Akar Rumput
Harapan saya yang paling besar justru ada di sini: pada akar rumput, pada lapangan-lapangan kecil di kampung, pada anak-anak yang bermain bola tanpa alas kaki di tanah berdebu.
Saya ingin melihat semangat baru tumbuh di klub-klub lokal. Lapangan desa yang dulu sepi kini ramai lagi oleh pelatih muda yang sabar, orang tua yang bangga mendampingi anaknya berlatih, dan komunitas yang mulai percaya bahwa dari kampung pun bisa lahir bintang.
Sepak bola kita tidak boleh terus bergantung pada naturalisasi. Bukan berarti menolak pemain keturunan, mereka tetap bagian dari kita, tapi regenerasi harus berjalan dari bawah. Karena sehebat apa pun strategi di tingkat nasional, tanpa pondasi yang kuat di tingkat daerah, semuanya akan mudah runtuh.
Saya berharap pemerintah, federasi, dan dunia usaha bisa melihat ini. Bahwa investasi terbesar bukan pada stadion megah atau gaji pelatih asing, melainkan pada pendidikan sepak bola di usia dini. Pada fasilitas dasar, gizi yang baik, dan pelatih yang benar-benar memahami karakter anak-anak Indonesia.
Sepak Bola sebagai Cermin Bangsa
Sepak bola, pada akhirnya, selalu menjadi cermin dari bangsa yang memainkannya. Tim yang disiplin, sabar, dan bermain kolektif mencerminkan masyarakat yang menghargai kerja sama. Sebaliknya, tim yang hanya mengandalkan bintang individu sering kali tumbuh di tengah budaya yang terlalu memuja sosok tunggal.