Mohon tunggu...
agus hendrawan
agus hendrawan Mohon Tunggu... Tenaga Kependidikan

Pendidikan, menulis, berita, video, film, photografi, sinematografi, alam, perjalanan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sengkuni Era Digital: Ketika Werkudara Bangkit Melawan

13 September 2025   11:19 Diperbarui: 13 September 2025   11:19 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Sengkuni Era Digital.(Sumber: Meta AI)

Pembukaan

Di masa lalu, kisah Baratayudha mencatat nama Sengkuni sebagai biang keladi kehancuran Hastinapura.
Dengan lidahnya yang licin, ia mengadu domba Pandawa dan Kurawa hingga perang besar meletus.
Di akhir kisah, Sengkuni tewas di tangan Werkudara (Bima), setelah tubuhnya dihancurkan menjadi serpihan-serpihan kecil.

Werkudara (Bima) sendiri adalah: sosok polos merakyat yang melambangkan kekuatan rakyat kecil dan menengah jika dipersatukan.

Namun, itu cerita lama.
Hari ini, Sengkuni telah kembali.
Ia tak lagi berbentuk manusia dengan mata licik dan senyum miring, melainkan bayangan yang tersembunyi di balik layar gawai kita.
Ia hidup dalam algoritma, narasi, dan kebohongan yang viral di media sosial.

Babak I: Api yang Tersembunyi

Beberapa tahun terakhir, dunia seperti bergerak serempak dalam kegelisahan.
Dari Jakarta, Kathmandu, hingga Paris, letupan kericuhan terjadi hampir bersamaan: demonstrasi yang berubah ricuh, isu generasi Z yang kecewa, kemarahan kelas menengah, hingga polarisasi politik yang kian tajam.

Semua terasa seperti kebetulan.
Namun, jika diperhatikan lebih saksama, pola yang sama muncul:
narasi yang membakar emosi, berita yang sulit diverifikasi, dan sentimen yang dipelihara dengan sengaja.
Di sinilah Sengkuni modern memainkan perannya.

Ia tak lagi berpidato di istana seperti dahulu.
Kini, ia bekerja lewat akun anonim, bot yang memproduksi kebencian, dan kampanye digital yang halus namun mematikan.
Sengkuni tak butuh senjata tajam; kata-kata sudah cukup untuk menyalakan perang.

Babak II: Werkudara yang Tertidur

Rakyat, yang di masa lalu diibaratkan sebagai Werkudara dengan tenaga besar dan hati polos, kini terpecah-belah.
Mereka saling serang di ruang digital, percaya pada kabar yang belum jelas kebenarannya, bahkan tega memutus persahabatan demi membela narasi yang mereka anggap benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun