Pendahuluan
Setiap pagi hari berangkat kerja, saya selalu melewati gerbang besar bertuliskan "Selamat Datang di Blok I Perumahan Dukuh Zamrud". Gerbang itu dijaga satpam, dan saya hanya melihatnya dari luar.Â
Pagi tanggal 13 Agustus 2025, ada satu pemandangan yang berbeda: terbentang sebuah baliho besar berisi penolakan terhadap pengajian yang dipimpin Ibu Putri Yeni atau akrab disapa Umi Cinta, lengkap dengan tanda tangan warga.
Awalnya, beredar kabar samar tentang pengajian yang disebut memungut iuran Rp 1 juta untuk tiket surga. Kabar itu beredar dari mulut ke mulut dan grup WhatsApp. Saya memilih diam, menunggu informasi yang valid. Beberapa hari kemudian, berita itu pecah di media, ramai dibicarakan hingga berskala nasional.
Besok harinya setelah baliho itu saya lihat, Sore tanggal 14 Agustus 2025, saya berniat memotretnya. Tapi saat tiba di lokasi, baliho sudah tidak ada. Hari ini, Jum'at pagi/ 15/8/2025 gerbang itu kembali seperti biasa, seakan tidak pernah ada kontroversi di baliknya.
Riwayat dan Puncak Gesekan
Pengajian Umi Cinta ternyata bukan kegiatan baru. Menurut pemberitaan, pengajian ini sudah berjalan sekitar delapan tahun, rutin setiap akhir pekan, dan diikuti puluhan jamaah. Warga setempat menyebut, sejak lama sudah ada gesekan: mulai dari parkir yang memakan badan jalan, kemacetan, hingga peserta yang datang dari luar perumahan.
Puncaknya terjadi awal Agustus 2025, ketika isu infak Rp 1 juta untuk surga merebak. Walau Umi Cinta membantah keras tuduhan tersebut, suasana sudah panas. Baliho penolakan muncul, suara warga beragam, dan media memberitakan dari berbagai sudut pandang.
Hingga akhirnya, 14 Agustus 2025, MUI Kota Bekasi bersama Pemkot, FKUB, dan pihak keamanan menggelar rapat. Hasilnya: tidak ditemukan ajaran menyimpang, namun pengajian di rumah dihentikan sementara dan dipindahkan ke Masjid Al-Muhajirin.