Di balik layar, permainan kekuatan yang lebih besar sedang berlangsung. Rusia dan Tiongkok dengan cermat mengamati konflik ini, siap memainkan kartu mereka ketika Barat terjebak dalam kubangan Timur Tengah sekali lagi.Â
Sementara itu, ekonomi global yang sudah limbung menghadapi ancaman baru: Minyak di atas $200 per barel bisa menjadi pukulan terakhir yang memicu resesi global. Rakyat biasa di Jakarta, London, atau Mexico City yang tak tahu menahu soal geopolitik akan merasakan dampaknya melalui harga sembako yang melambung dan lapangan kerja yang menyusut.
Bagi Indonesia yang bergantung pada impor minyak, gejolak harga energi ini bisa memukul telak APBN dan daya beli masyarakat.
Krisis ini pada hakikatnya bukan tentang uranium yang diperkaya atau rudal yang diluncurkan. Ini adalah pertarungan tentang harga diri, legitimasi, dan tempat masing-masing negara dalam tatanan dunia yang sedang berubah.Â
AS mungkin bisa menghancurkan setiap fasilitas nuklir Iran, tapi tidak bisa menghapus trauma kolonial yang masih membekas di memori kolektif bangsa Persia. Israel bisa memenangkan setiap pertempuran, tapi selama konflik ini belum tuntas, mimpi tentang keamanan yang permanen tetap ilusi.
Di tengah semua ini, satu pertanyaan mendesak menggantung: Apakah para pemimpin di Washington, Teheran, dan Tel Aviv memiliki kebijaksanaan untuk berhenti sejenak sebelum semuanya terlambat? Atau seperti tragedi-tragedi besar dalam sejarah, kebanggaan nasional dan perhitungan politik jangka pendek sekali lagi akan mengalahkan akal sehat? Jawabannya mungkin akan menentukan tidak hanya masa depan Timur Tengah, tapi juga stabilitas dunia untuk dekade-dekade mendatang.
Kesimpulan
Pada akhirnya, konflik ini telah melampaui isu nuklir semata, berubah menjadi perebutan pengaruh dalam tatanan dunia multipolar yang rapuh...
Konflik ini bukan lagi tentang nuklir, tapi perebutan orde dunia baru. AS/Israel memang unggul militer, tapi Iran memiliki ketahanan asimetris yang membuat kemenangan mutlak mustahil. Solusi damai membutuhkan:
1. Kerangka multilateral baru yang inklusif
2. Konsesi nyata dari semua pihak