Mohon tunggu...
Agus Haryanto
Agus Haryanto Mohon Tunggu... profesional -

Pengajar yang belajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tahun Baru Tanpa Resolusi?

2 Januari 2013   04:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:39 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tahun baru. Sebuah momen yang terjadi tidak hanya sekali dalam hidup kita. Pada saat bayi, kita masih belum paham dengan pergantian tahun. Begitupun ketika masih kanak - kanak. Kita hanya menikmati perubahan tahun tersebut. Tapi, ketika kita dewasa, kita mengenal kata resolusi, kita melihat bagaimana teman, saudara, bahkan negara ini membuat resolusi di tahun baru.

Di AS, sebagian besar warganya memiliki resolusi yang sama: diet, penurunan berat badan. Di Indonesia, sebagian besar politisi punya resolusi yang sama : berantas korupsi! Sedangkan masyarakat memiliki resolusi yang beragam. Pingin dapet jodoh, lulus kuliah, naik pangkat dan sebagainya.

Resolusi sendiri memiliki makna putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yg ditetapkan oleh rapat(musyawarah, sidang); pernyataan tertulis, biasanya berisi tuntutan terhadap suatu hal. Resolusi PBB adalah resolusi yang paling banyak saya dengar. Resolusi tersebut lahir dari rapat atau sidang.

Resolusi di tahun baru, merupakan fenomena yang menjamur. Kita seringkali mengartikan resolusi sebagai harapan yang ingin diwujudkan di tahun baru. Sebelum diucapkan, harapan tersebut sebenarnya telah di"rapat" kan atau melalui mekanisme sidang di dalam diri kita masing - masing.

Tapi, apakah sidang yang kita lakukan diintervensi? Karena sendiri, sebagian besar mungkin menganggap sidang kita independen. Padahal, menurut saya, sidang kita diintervensi. Oleh siapa? Informasi!!

Informasi yang kita dapatkan dalam kehidupan sehari - hari membuat "sidang" mengarah kepada keputusan untuk mengikuti pendapat umum atau melawan pendapat tersebut. Informasi juga membuat kita menilai sesuatu berdasarkan informasi tersebut. Sebagai contoh, dulu masyarakat mempersepsikan tubuh gemuk sebagai simbol kesejahteraan. Tentu informasi ini berjalan dengan berbagai asumsi. Mana mungkin orang gemuk miskin. Kalau miskin, dari mana dia makan? Bukankah makanan yang membuat gemuk?


Sekarang, tubuh gemuk dipersepsikan sebagai sumber penyakit. Dengan argumen semakin besar lingkar perut, semakin besar pula peluang sakit, dsb. Berbagai info ini terus mewarnai hidup kita. Maka, tak heran jika kemudian kita melihat banyak tayangan televisi yang menyajikan informasi bagaimana cara diet, sarapan dengan sayuran, dsb. Acara tersebut laku!

Jadi, saya menganggap resolusi yang kita buat sudah diintervensi. Termasuk resolusi yang dibuat oleh para politisi yang sering kita dengar. Mereka diintervensi. Oleh apa? Informasi dan kepentingan mereka.

Resolusi tentu diberikan ketika kita belum mencapai sesuatu. Resolusi ingin tubuh kurus tentu diucapkan ketika kita gemuk. Resolusi ketika ingin punya mobil merk X tentu diucapkan ketika kita belum memiliki. Lalu, bagaimana jika resolusi diucapkan oleh negara yang ingin bebas korupsi? Tentu berarti negara kita negara korup!!

Lalu, Apa saya punya resolusi di tahun 2013? Ya. Saya punya. Saya ingin mendapatkan informasi terpercaya dalam melihat persoalan. Semoga saya mendapatkannya.

Wassalam,
Agus Haryanto

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun