Mohon tunggu...
Agus Ferdinand
Agus Ferdinand Mohon Tunggu... profesional -

Tertarik dengan sains, sejarah, peta, membaca, dan jalan2

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Indonesia dan Arus Dagang Asia Pasifik terkait Terusan Kra

26 Maret 2017   22:50 Diperbarui: 27 Maret 2017   07:00 2846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

4) Jika dilihat dari sisi jumlah penduduk, baik Cina (peringkat 1 dunia jumlah penduduk) maupun AS (peringkat 3) tampaknya benar-benar memaksimalkan potensinya.

5) Sekarang mari ke jalur Selat Malaka. Dari peta keadaan saat ini kita bisa melihat bahwa Selat Malaka adalah salah satu jalur laut terpadat di dunia. Ada 3 pelabuhan yang ketiban pulung dengan ramainya jalur ini. Pertama adalah Pelabuhan Singapura (tersibuk nomor 2), Port Klang (tersibuk no. 12) dan Tanjung Pelepas-Johor (no.18). Dua pelabuhan terakhir adalah milik Malaysia.

6) Kalau Terusan Kra dan infrastruktur pendukungnya terealisasi, dapat kita lihat secara sekilas bahwa ketiga pelabuhan di atas akan menerima dampak paling besar. Kapal-kapal kargo secara praktis akan memilih menembus Terusan Kra daripada memutari Selat Malaka. Walaupun ada banyak faktor selain geografis yang mempengaruhi ramai-tidaknya sebuah pelabuhan, namun memangkas jarak 2000 kilometer lebih adalah tawaran yang cukup menarik.

7) Anggap saja Terusan Kra memang akan meredupkan Pelabuhan Singapura, Tanjung Pelepas, dan Port Klang, maka praktis calon kuat pelabuhan lain yang bakal ketiban pulung adalah Pelabuhan Laem Chabang (Thailand, tersibuk no.21) dan Pelabuhan Ho Chi Minh (Vietnam, tersibuk no.22). Khususnya Pelabuhan Ho Chi Minh yang dilewati langsung jalur perdagangan Mediterania-Arabia-Cina.

8) Lalu bagaimana dengan Indonesia? Kalau dilihat sekilas, ada atau tidaknya Terusan Kra sepertinya TIDAK BERPENGARUH BANYAK terhadap jalur perdagangan laut Indonesia. Pelabuhan dagang terbesar di Indonesia adalah Tanjung Priok yang merupakan pelabuhan tersibuk nomor 26 di dunia.

9) Kenyataan ini cukup ironis karena selama ini kita bangga dengan slogan “Nenek Moyangku Orang Pelaut” .Sejarah perdagangan maritim Nusantara zaman dulu juga cukup gemilang. Dulu peradaban kita mengenal kota-kawasan pelabuhan internasional di Tuban, Gresik, Maluku, Banten, Aceh, hingga Barus. Namun dapat dilihat sekilas dari peta kalau kejayaan tadi nyaris tak bersisa. 

10) Sejarah dan eksisting geografis memang tidak mengenal kata “seandainya”. Namun seandainya saja Australia adalah kawasan kontinen yang padat penduduk seperti Cina dan India, mungkin saat ini Indonesia adalah negara yang sangat strategis dengan jalur perdagangan laut dan pelabuhan yang ramai. Perairan Laut Jawa, Selat Karimata, dan perairan Maluku akan menjadi jalur perdagangan yang amat sibuk. Sayangnya Australia adalah sebuah benua yang cukup gersang yang secara berabad-abad membatasi populasinya secara alami.

Lalu seperti apa upaya Indonesia dalam menyikapi dinamika kawasan ini? Masih bisakah kita mencicip kue dari jalur perdagangan global tadi?

11) Salah satu gagasan yang sering dikedepankan adalah merevitalisasi kawasan pelabuhan Sabang atau di kawasan utara Banda Aceh lainnya. Kawasan ini kurang lebih hanya berjarak 500 km dari calon Terusan Kra. Pelabuhan utara Aceh nantinya dapat melayani arus barang Trans Sumatera. Secara global, kawasan utara Aceh juga dapat menjadi garda depan arus dagang Indonesia dan Eropa-Arabia. Tentu saja upaya ini harus dibarengi dengan infrastruktur pendukung yang mumpuni. Untungnya pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera yang menghubungkan Aceh hingga Lampung sudah lama dimulai. 

12) Pelabuhan Tanjung Priok sepertinya akan tetap menjadi pelabuhan tersibuk di Indonesia. Tanjung Priok selain mewadahi perdagangan domesik juga akan melayani jalur dagang Indonesia dengan Asia Tenggara, Asia Timur, Australia, serta Afrika Timur. 

13) Dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), sebenarnya sudah ditekankan konsep “Pendulum Nusantara”. Inti gagasan ini adalah menghubungkan pelabuhan-pelabuhan di Utara dan Pesisir Timur Sumatera, Pesisir Utara Jawa, selatan Sulawesi, hingga Maluku dan Papua dalam satu jalur yang sekilas mirip pendulum/jangkar (lihat peta). Pembukaan jalur ini diikuti dengan revitalisasi penambahan kapasitas pelabuhan-pelabuhan tadi agar dapat dilewati kapal-kapal besar. Konsep “Pendulum Nusantara” mirip dengan gagasan “Tol Laut” yang dikedepankan oleh pemerintahan Presiden Joko Widodo saat ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun