Mohon tunggu...
Agus Ahmad Fathullah
Agus Ahmad Fathullah Mohon Tunggu... Ilustrator - Desain illustrator n IT Support

Desain ilustrator n IT Support di sebuah perusahaan swasta dan blogger pemula

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Kualitas Air Minum Ditenggelamkan oleh Rupiah

27 Mei 2017   21:22 Diperbarui: 27 Mei 2017   21:26 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : http://solsonamineralwaters.com/

Air minum.. Siapa sih yang tidak butuh air minum. Ditengah cuaca yang sudah sebegitu panasnya, setelah kelelahan dengan segala aktivitas, sehabis bekerja ataupun berolahraga sudah pasti hal pertama yang dicari adalah air minum. Air putih sudah pasti hal yang pertama kali yang kita tuju. Selain fungsinya di antara lain sebagai penghilang rasa haus dan dahaga, air putih juga sangat membantu untuk menjaga agar ginjal bisa berfungsi secara optimal khususnya dalam pengeluaran racun dari dalam tubuh (detoksifikasi alami) serta menjaga kesimbangan cairan dalam tubuh manusia.

Dengan mengatasnamakan efisiensi waktu, kemudahan dalam hidup serta prinsip ekonomi sering kali kebutuhan akan kualitas air minum yang baik untuk tubuh kita ini pun sudah mulai terabaikan. Dahulu pada zaman orang tua kita dulu lebih suka memasak air minum sendiri sampai mendidih. Baik sumber airnya dari air PAM ataupun dari sumur pribadi yang ada di depan/belakang rumah kita. Setelah minyak tanah sudah jarang ditemukan yang mana pada saat itu masih banyak orang yang menggunakan kompor minyak tanah. Kemudian mau tak mau harus tergantikan dengan kehadiran kompor gas seiring menghilangnya minyak tanah itu sendiri.

Dengan perubahan seperti ini tentu saja pemahaman kebutuhan akan kualitas air minum yang baik kembali harus beradaptasi dengan perkembangan zamannya. Orang-orang sudah mulai tertarik untuk melirik depo-depo pengisian air minum isi ulang yang sudah semakin menjamur di sekitar area pemukiman penduduk baik di desa ataupun di kota. Dari kisaran harga Rp. 3500 – Rp. 5000,-/galon, tentu saja hal ini menjadi bahan pertimbangan para ibu-ibu untuk berpindah ke air minum isi ulang dengan alasan yang lebih mudah dan tidak repot harus masak air minum lagi tinggal telpon kemudian satu galon air minum sudah muncul di depan pintu, mudah bukan ?

Di setiap kota besar dalam satu propinsi di Indonesia hampir terdapat beberapa perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) atau air mineral kelas lokal yang salah satu subnya melayani kebutuhan penyediaan air minum isi ulang yang didistribusikan pemilik depo-depo air minum isi ulang yang sudah ada. Dengan perbedaan harga yang cukup signifikan antara harga satu galon air minum isi ulang kelas lokal dengan harga air minum isi ulang merk ternama, yang bisa mencapai hingga puluhan ribu rupiah akhirnya menciptakan suatu peluang bisnis yang sangat menggiurkan bagi beberapa pihak yang ingin memperoleh keuntungangan yang sebesar-besarnya dengan modal utama air.

Akan tetapi apakah kita semua tahu dari mana asal mula, proses pengolahan serta tingkat hygienitas dari isi air minum isi ulang yang setiap hari mereka konsumsi bersama anggota keluarga kita?

Apakah dari pemerintah bisa menjamin semua perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) atau air mineral, yang sudah beredar di masyarakat sudah aman untuk dikonsumsi serta tidak berdampak negatif untuk tubuh kita untuk beberapa tahun ke depan ?

Dalam hal ini tidak menutup kemungkinan bahwa tidak semua perusahaan air minum dalam kemasan di daerah tertentu sudah memiliki standar dan kualitas yang baik, serta sudah mengantongi izin dari instansi seperti BPOM, sertifikat SNI, serta menerapkan prinsip Sistem Managemen Mutu ISO 9001 : 2015 pada perusahaannya. Karena sudah bukan rahasia umum lagi kalau di daerah tertentu di Indonesia masih ada perusahaan air minum dalam kemasan (AMDK) yang nakal, yang masih kurang atau bahkan belum memenuhi persyaratan serta belum mengantongi perizinan dari pihak terkait, yang kemudian memberikan label atau merk tertentu pada produk air minumnya dan langsung menjualnya ke pasaran.

Pilihan yang ada kini hanyalah apakah kita masih ingin belajar hidup lebih sehat dengan mengubah pola pikir dan kebiasaan dalam pola konsumsi air minum harian. Dari sekedar memasak air minum sendiri dan kalaupun ingin membeli setidaknya harus sedikit lebih bijak, lebih teliti memilih produk yang sudah terjamin kualitasnya tapi harus rela mengeluarkan sedikit koceknya lebih dalam untuk memperolehnya dan ataupun kita masih ingin dengan pola pikir instant, yang ingin semua serba cepat, serba murah namun tidak memikirkan dampak jangka panjangnya buat generasi selanjutnya nanti.

Selanjutnya terserah anda akan memilih yang mana.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun