Sabtu, 22 September 2025 di pagi hari yang mendung dan ditengah-tengah hujan rintik sedari pagi hingga berlangsungnya acara sakral, masih ditemani hujan yang oleh kata orang-orang pintar adalah hujan berkat, mengiringi kisah prosesi Pemberkatan Sembilan Imam Baru yang akan Ditahbiskan oleh Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung, O.F.M. Cap. Bertempat di Gereja Paroki Santo Fransiskus Asisi Padang Bulan Medan.
Saat rapat perdana pembentukan Panitia Tahbisan Imam ini, saya kebagian tugas menjadi penjaga keamanan Gereja dan Mengatur Parkir Kendaraan, maklum selama ini disetiap acara-acara besar, masalah parkir selalu menjadi masalah, mengingat umat yang membawa kendaraan roda empat, sementara parkiran gereja terbatas dan juga berada didekat pemukiman masyarakat, sehingga parkir harus teratur dan tidak menganggu masyarakat di sekitaran gereja.
Nah, jadi pagi itu saya bersama rekan-rekan mengupayakan untuk datang lebih awal. Acara berlangsung mulai pukul 09.00 Wib, maka kami petugas keamanan dan parkir wajib datang lebih awal, maka dipukul 08.00 Wib saya sudah sampai di gereja dan langsung membuat pagar pembatas antara roda dua dan roda empat, serta kendaraan tidak boleh sampai ke Gedung Pastoran, tempat acara ramah tamah seusai acara sakral tersebut selesai.
Intinya, kendaraan harus teratur dan akses masuk dan keluar berjalan dengan baik dan lancar, itulah tugas utama kami, sebab jika parkiran sembrawut maka umat dari Gereja lain dan juga Bapa Uskup bisa memberikan penilaian yang kurang puas, sehingga dalam benak kami, parkir dan keamanan kendaraan adalah nomor satu. Begitulah inti pelayanan kami.
Benar saja, umat sangat antusias untuk menghadiri Pentahbisan Imam Baru mereka, terbukti dengan perkiraan umat yang hadir mencapai 2000-an, terpenuhi, sehingga gereja penuh, begitu juga ruang aula lantai satu dan dua penuh dengan umat yang berdatangan dari berbagai penjuru Paroki yang ada di Sumatera Utara.
Tahbisan Sembilan Imam Baru Saudara Dina Konventual
Sebagai tim yang dipercayakan untuk mengamankan kendaraan, kami juga bekerja dengan penuh dedikasi. Umat yang berjalan ke gereja dari gerbang, karena parkirnya wajib dipinggir jalan, maka kami juga menyambut umat dan memanyungi mereka sampai ke teras gereja, karena cuaca di hari Sabtu itu masih hujan.
Kami menyambut mereka dengan sukacita, se-sukacita mereka sembilan imam yang akan ditahbiskan langsung oleh Uskup Agung Medan, Mgr. Cornelius Sipayung.
Lantas apa itu Tahbisan Imam? Mengapa seorang Imam ditahbiskan? Dan siapakah Imam itu? Mungkin rekan-rekan bertanya-tanya bukan?
Nah, saya mulai dulu dari pengertian seorang Imam dalam Gereja Katolik.
Kata Imam atau priest, berasal dari kata presbyteros, presbyter yang artinya adalah pelayan penyembahan ilahi, sebagai perantara antara manusia dengan Tuhan, terutama dalam menyampaikan persembahan kepada Tuhan dan kurban penebusan dosa.
Intinya, Imam itu adalah seorang pemimpin rohani yang diberi tugas oleh Sakramen Imamat untuk melayani umat Allah, terutama dalam memimpin ibadah, mengajar ajaran Gereja, dan melaksanakan sakramen-sakramen.
Dalam bahasa Latin, "imam" atau "pastor" berarti gembala, yang menggambarkan peran imam sebagai pembimbing umat dalam iman.
Untuk menjadi seorang Imam atau Pastor -- bahasa keren sekarang -- tidaklah mudah, ada pendidikan panjang yang harus ditempuh, dan ada rasa yang harus dijaga sampai benar-benar ditahbiskan jadi imam, dan harus setia dalam panggilan untuk tidak menikah seumur hidupnya. Itulah rasa yang harus dijaga, rasa untuk tidak pernah mencintai lawan jenisnya, apalagi untuk memilikinya.
Pendidikan itu, diawali harus masuk Sekolah Seminari Menengah -- sekolah khusus persiapan tingkat menengah -- atau setara dengan SMA.
Jika sudah lulus Seminari, maka dia akan memilih untuk masuk pendidikan rohani di Tahun Orientasi Rohani, dilanjutkan dengan studi filsafat dan teologi di seminari tinggi, serta pengalaman pastoral melalui Tahun Orientasi Pastoral.
Dalam masa pendidikan ini, calon imam tidak hanya mempelajari ilmu pengetahuan seperti filsafat dan teologi, tetapi juga menjalani pembentukan rohani dan pribadi untuk meneguhkan panggilan imamat sebagai panggilan hidup yang dilandasi kesadaran dan kebebasan demi pelayanan kepada Tuhan dan umatnya.
Setelah itu, calon imam mengikuti tahap pendidikan lanjutan, masa pra-diakon, proses pendidikan ini tidaklah mudah, bisa memakan waktu delapan, sepuluh tahun, bahkan lebih, tergantung dari kebijakan ordo atau kongregasi yang dipilih, hingga benar-benar jadi Diakon dan siap menjadi Imam atau Pastor.
Eits, tidak sampai disitu, banyak calon imam harus bergulat dan mengalahkan keinginan duniawinya dan fokus serta memantapkan dirinya untuk benar-benar menghidupi panggilan imamatnya.
Disinilah banyak calon imam yang gagal, karena masih tergoda dan mengakhiri panggilan rohaninya, keluar dan mencari cita-cita lain selain jadi imam, namun tidak sedikit yang tetap bertahan dan mencoba terus untuk sampai ke tahap imamatnya itu.
Dan dari sekian banyak yang terpanggil, akhirnya ada juga yang terpilih untuk tetap melanjutkan panggilan imamatnya, seperti sembilan diakon yang akan ditahbiskan untuk menjadi imam atau pastor.
Penantian panjang itu berakhir juga dengan buah yang manis, kesabaran dan ketekunan mencapai garis finish benar-benar indah pada waktuNya, waktu yang ditentukan Tuhan nyata adanya dalam prosesi bernama Tahbisan Imam.
Yang Berhak Memberikan Tahbisan Imam Adalah Uskup
Tahbisan Imamat, adalah sakramen suci dalam Gereja Katolik yang melalui ritual penumpangan tangan oleh Seorang Uskup, seseorang diangkat menjadi imam dengan rahmat Roh Kudus yang menguduskannya untuk pelayanan rohani seperti mengajar, menguduskan, dan menggembalakan umat Allah.
Sakramen imamat ini memberi Materai Kekal yang tidak dapat dihapuskan dan mempercayakan tugas khusus kepada Para Imam untuk bertindak atas nama Kristus Kepala dalam pelayanan Gereja.
Jadi, Sakramen Tahbisan Imamat ini hanya dapat diberikan oleh seorang Uskup kepada Calon Imam, Calon Diakon, atau Calon Uskup. Uskup adalah satu-satunya pejabat Gereja yang memiliki kuasa untuk melaksanakan tahbisan ini.
Dengan menerima tahbisan ini, Seorang Imam sah menjadi Pelayan Rohani yang berpartisipasi secara khusus dalam imamat Yesus Kristus sebagai Imam Agung dan mediator antara Allah dan manusia. Sakramen ini hanya diterima sekali seumur hidup dan merupakan pengudusan dan penugasan khusus untuk melaksanakan tugas gereja.
Dalam Tahbisan Imamat untuk sembilan Imam Baru Konventual, dipimpin langsung oleh Uskup Agung Medan, Mgr. Kornelius Sipayung di Gereja Paroki Santo Fransiskus Asisi Padang Bulan Medan dalam sebuah Perayaan Ekaristi yang berlangsung dengan meriah dan khidmat.
Bapa Uskup dalam Homilinya menegaskan bahwa tahbisan imamat bukan sekadar kehormatan, melainkan panggilan untuk mengabdikan diri secara total.
"Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya. Gembala sejati mencintai kawanan lebih daripada dirinya sendiri. Sedangkan gembala palsu justru lebih mencintai dirinya sendiri daripada kawanannya," ujar beliau.
Bapa Uskup juga mengingatkan bahwa seorang imam dipanggil untuk selalu rendah hati, tekun dalam doa, dan setia kepada Gereja.
"Imam harus menjadi gembala yang berjalan bersama umat, mendengarkan, meneguhkan, dan menghidupi semangat kasih Kristus di tengah masyarakat," tambahnya.
Mereka Yang Bersukacita Menerima Tahbisan Imamat
Adapun sembilan imam baru yang menerima tahbisan imamat di hari Sabtu yang penuh berkat itu adalah Pastor Juan Alfredo Kaban, OFMConv (asal Paroki St. Fransiskus Assisi Berastagi); Pastor Alexius Ivo Tarigan, OFMConv. (asal Paroki St. Yohanes Paulus II Namopecawir-Tuntungan); Pastor Satya Graha Maximilianus Ginting, OFMConv. (asal Paroki St. Perawan Maria Diangkat Ke Surga -- Kabanjahe); Pastor Hyasintus Zulsan Effendi Simatupang, OFMConv. (asal Paroki st. Fransiskus Assisi -- Pangaribuan Barus); Pastor Agustinus Kolo, OFMConv l Jakarta); Pastor Antonius Son, OFMConv (asal Paroki St. Theresia -- Kefamenanu, NTT); Pastor Kornelius Anto Kefi, OFMConv (Paroki Kristus Raja Haumeni); Pastor Ricky Ignasius Siburian, OFMConv (asal Paroki St. Yoseph -- Lawe Desky, Aceh); Pastor Aurelius Gustardi, OFMConv (Paroki St. Theresia dari Kana-kanak Yesus -- Lengkuajang).
Perayaan ini adalah puncak dari perjalanan panjang, penuh liku, air mata, doa, pengorbanan, dan tentunya pengharapan tiada batas akan kesetiaan dalam panggilan imamat mereka. Doa kami dari umat semua, semoga setia dalam panggilan dan pelayanan kepada Umat Tuhan.
Banyak dari sembilan imam baru ini datang dari keluarga nan sederhana, Orang tua yang sehari-hari bekerja sebagai petani atau pedagang kecil menanamkan iman lewat doa Rosario di rumah, keteladanan hidup, dan kesetiaan mengikuti Ekaristi Minggu. Dari sana benih-benih panggilan tumbuh dan berkembang dan selalu dipelihara, disiram, hingga akhirnya sekarang menjadi Imam yang siap untuk melayani.
Secara terpisah, Ketua Panitia Tahbisan Imam, pak Gunana Barus, menyampaikan rasa syukur umat Paroki Padang Bulan yang diberi kesempatan menjadi tuan rumah, "Kami bersukacita menyambut tahbisan ini, meskipun tengah mempersiapkan perayaan 50 tahun paroki. Bagi kami, melayani dengan tulus adalah sumber kebahagiaan," ujarnya.
Sebagai pesan terakhir dari Bapa Uskup mengatakan demikian, "Jadilah gembala sejati, yang lebih mencintai kawanan daripada dirinya sendiri. Berjalanlah bersama umat: kadang di depan untuk menuntun, kadang di tengah untuk mendengar, kadang di belakang untuk menopang.
Semoga tetap setia dalam panggilan dan mari kita ingat bersama Tema Yubelium tahun ini adalah Spes Non Confundit atau pengharapan tidak mengecewakan...
Salam Damai...
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI