Mohon tunggu...
Caesar Naibaho
Caesar Naibaho Mohon Tunggu... Guru - Membaca adalah kegemaran dan Menuliskan kembali dengan gaya bahasa sendiri. Keharusan

Pengajar yang masih perlu Belajar...

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

[HORORKOPLAK] Satu Malam Berada antara Dua Alam

12 Januari 2017   14:09 Diperbarui: 12 Januari 2017   14:12 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seminggu kemudian, langit biru cerah sore itu, matahari bersinar terang beranjak kepembaringan, awan putih berarak indah bergumpal bergandengan, aku lompat menompang pada angin terbang rendah buat melepas rindu pada tempat kami merajut cinta dulu. Kuhapus air mataku mengenang masa indah dulu disini, dipinggir sungai ini hampir setiap minggu menikmati cinta bersemi indah. Masih ingat saat kami makan pecal yang di bawa Ella dari rumahnya sore itu, buatan Ella yang rasanya agak asin, tapi ketika di tanya Ella  bagaimana rasaya?, kukatakan gurih, pas asam-garamnya, membuat dia tersenyum sumringah.

Sabtu sore ini aku datang lagi kepinggir sungai melepas rindu pada kenangan itu. Duduk dibawah pohon jambu biji, menekuk kaki  diikat tangan kiri, tangan kanan menggerus pelan tanah dengan  ranting jambu biji. Tatap mataku berkejaran dengan arus sungai yang pelan, menyampaikan yang lewat satu-satu mengenang sore indah setahun yang lalu. Disini…. Dibawah pohon ini kutunjukkan buku tabungan-ku pada Ella, hampir cukup jumlah uangku buat meminangnya.

Ella melihat jumlah uang dengan mata berbinar penuh harap, mengatakan cukup-kan saja, merengek memintaku meminangnya segera. Aku masih ingat kalimat Ella sore itu “Tak perlu emas yang banyak, tak perlu pesta besar, tak perlu bermegahan, yang penting semua orang tau bahwa cinta kita terangkai kuat dengan pernikahan, tak dapat terpisahkan, kecuali maut menjeput ”Ah… kuhapus air mata. Tapi tiba-tiba jantungku berdebar kencang melihat siapa yang datang?

Ellla-ku datang lagi menjemput rindu. Baju yang dia kenakan …?!, ah…. Baju itu menyayat hatiku haru-biru, sengaja dia kenakan buatku, karena baju itu aku yang memilih warnanya setahun yang lalu. Sepatu yang dipakai….?!, hadiah dariku pada hari ulang tahunnya. ”Salam jumpa Ella… mari sayang, duduk disampingku, tapi jangan disandarkan seperti dulu, karena tak kuasa aku lagi menahan tubuhmu. Lho.. kenapa menangis? apa yang kaurisaukan? Sudahlah.. terimalah kenyataan, jangan bermurung durja terlalu lama, tak baik buat kesehatanmu?!”.

Ella-ku bersandar dipundakku, aku mengelus-elus rambut panjang Ella. Kami saling bertatapan, saling berbicara dari hati ke hati tentang masa depan yang terpampang di depan kami. Aku sudah tidak sabar untuk bercumbu-rayu dengan Ella-ku, tidak ingin kulepaskan lagi, walau kami berada di dua alam yang berbeda. Ingin..ingin aku peluk, ingin… ingin aku cium… ingin.. ingin aku ….!!!???

***


“Gubrakkkkkk,,,,,,,,!!!”, tiba-tiba aku terjatuh dari tempat tidurku. “Akhhh…… dingin…dingin…!!!?” teriakku sambil membuka mataku. Aku terkejut melihat makhluk di depanku. “Kamu yah…???? Nga ingat bangun..? dah jam brapa ini? Nga kerja Pak?”, bentak istriku. Ternyata istriku sudah berkacak pinggang di depanku dengan gayungan air yang sudah disiramkan ke seluruh tubuhku. Oalah… My God…!!!? Kenapa dengan saya? “Ia.. ia mak…. Sabar mak…. !! Maaf”, bilangku dengan planga-plongo dan bergegas mengambil handuk, berlari ke kamar mandi.

Ternyata aku mimpi…. Oh sialnya, hanya mimpi? Yah, ternyata keenakan tidur membawaku bermimpi akan masa lalu yang dialami oleh teman SMP-ku. Aku bisa kembali terbawa akan kenangan-kenangan lama.

“Dasar…. Gimana mau sukses? Bangun selalu terlambat-selalu terlambat!, palak kali aku”, celoteh isteriku dari dalam dapur yang kebetulan bersebelahan dengan kamar mandi tempat aku mandi. Namun aku tanggapi dengan siulan-siulan yang membuat istriku makin marah, “Udah, jangan membantah…!!!”, bentak istriku dari luar.

“Cintaku tetap untukmu sayang”, ungkapku saat keluar dari kamar mandi, langsung bergegas ke kamar, ganti baju, keluarkan ‘si hitam’ yang setia, manasin, pake sepatu dan langsung bergegas pergi.

“Hei, nga sarapan kau bang?”, teriak isteriku. “Ngak sayang, nga sempat lagi. Udah yah aku dah terlambat kali. Dah yah Sayang, mmuachhh..!!”, godaku yang membuat isteriku nga bisa lagi berkata apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun