Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Air Elemen Penting Kehidupan, tapi Abai Memuliakannya

3 September 2021   21:40 Diperbarui: 3 September 2021   21:40 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masyarakat kesulitan mencari air bersih saat musim kemarau (Gambar : CNN Indonesia)

Studi dari ilmuwan, ada 8 juta ton plastik yang masuk ke lautan setiap tahunnya. Sumbernya berasal dari aliran sungai. Riset dari Jenna Jambeck dari University og Georgia ada 3,2 juta ton plastik melayang-layang di perairan Indonesia awal dekade ini. Indonesia disebut sebagai negeri pencemar terbesar di Asia Tenggara.

Lebih memprihatinkan lagi, Maret 2017, Orbmedia bersama para peneliti dari University of Minnesota, AS, mendapati adanya kontaminasi mikroplastik di air tanah dan ledeng di Indonesia. Hampir 76% sampel mengandung mikroplastik.

Sampah plastik yang dilepas di alam, karena cuaca atau benturan saat terbawa arus sungai atau laut bisa terbelah menjadi ukuran kecil dan sangat kecil (mikroplastik). Mikroplastik akan melayang-layang di air. Karena berwarna warni akan menarik ikan, sotong dan organisme air lainnya, mengira itu makanan.

Mikroplastik tidak akan terurai di tubuh ikan atau organisme apapun. Kalau dimakan manusia atau predator diatasnya maka yang terjadi adalah sebuah akumulasi zat beracun di tubuh makhluk hidup. Akumulasi berlebihan, lambat laun merusak metabolisme makhluk hidup; berakhir kematian!

Akar Masalah

Apa sebenarnya akar dari masalah ini semua? Kenapa Hutan Hujan Tropis dibabat untuk diganti dengan tanaman perdagangan. Kenapa pula gunung dikeruk sampai ke dasar hingga mencipktakan lubang menganga? Mengapa pula diproduksi plastik yang akhirnya berakhir sebagai pollutan?

Jawabannya ada di meja makan dan peralatan di dalam rumah. Dari situlah sumber malapetaka kerusakan lingkungan: Hancurnya hutan, tercemarnya air, dan matinya satwa.

Semisal kegemaran mengonsumsi makanan digoreng. Menimbulkan permintaan dalam jumlah besar terhadap minyak sawit. Pakaian kita yang sering gonta-ganti meningkatkan produksi kain dengan limbah mengalir ke sungai. Perhiasan yang kita pakai meningkatkan penggunaan emas dan meningkatkan juga pengrusakan alam akibat penambangan emas. Mebel yang kita pakai  juga menjadi sebab adanya penebangan kayu besar di hutan yang harusnya dilindungi.

Kita semua (Homo sapiens) akhirnya  harus mengakui dan bertanggung sebagai pelaku kejahatan lingkungan. Meskipun dengan derajat berbeda, mulai rendah sampai tinggi.  Karena kita juga berperan sebagai rantai yang mendorong korporasi melakukan kejahatan terhadap lingkungan. Selain itu populasi manusia terlalu banyak, dan gaya hidup yang tidak sederhana menjadi sebab tekanan terhadap alam.

Solusinya adalah mengubah atau merevolusi pola pikir dan pola tindak. Agar perilaku seimbang dan selaras dengan alam. Air adalah sumberdaya alam yang seharusnya kita muliakan dalam arti kita jaga kita rawat dan kita hormati dengan sungguh. Mencemari air adalah kejahatan kemanusian yang harusnya hukumannya berat. Sebanding dengan pembunuhan terencana. Membuang zat pencemar ke air sama saja meracuni semua makhluk hidup: Mulai belut sampai manusia.

Air adalah zat yang lembut, memberi kesegaran pada setiap kesempatan. Memberikan kelegaan saat kita dahaga dan menghidupkan  tunas-tunas tanaman. Tak ada yang bisa menggantikan peran air  untuk kehidupan. Dengan pemahaman itu apakah Homo sapiens masih abai memperlakukan air dengan sembrono?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun