Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Air Elemen Penting Kehidupan, tapi Abai Memuliakannya

3 September 2021   21:40 Diperbarui: 3 September 2021   21:40 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Seandainya Jaya Katwang saat menyerbu Singhasari pada 1292 M, berbekal mie instan dan minuman kemasan. Bisa jadi saat ini bungkus plastik yang dibuang masih bisa dilihat oleh generasi sekarang. Kalaupun tidak terlihat lagi bisa jadi berubah menjadi mikroplastik yang menyatu di air dan kita minum, lalu kita sakit. Abadinya plastik yang merentang zaman"

       --------------------

Volume air di Bumi ini cukup melimpah. Menurut the United States Geological Survey Water Science School , 71 % permukaan Bumi adalah air. Volume total diperkirakan 332,5 juta mil kubik. Dengan rincian 97% air asin, dan 3% nya adalah air tawar.

Dengan volume melimpah tersebut, cukup untuk memenuhi kebutuhan 8 milyar manusia yang melata di atas permukaan bumi dan semua makhluk yang menghuni. Mulai kangkung sampai jerapah.

Air merupakan zat vital bagi kehidupan. Tanpa air tidak  mungkin ada kehidupan. Cara menangani air pun tidak terlalu rumit sebenarnya, bukan sebuah teknologi yang susah dipelajari.

Namun, manusia selalu disibukkan oleh masalah air. Nyaris setiap hari. Ada tiga hal yang menjadi persoalan, kaitannya dengan air: Banjir, Kekeringan dan Polusi air. Saat hujan kebanjiran saat kemarau kekeringan. Kalaupun ada air, tidak layak konsumsi. Hitam pekat, penuh polutan serta beracun.

Krisis air bukan hanya masalah airnya menghilang. Namun lebih pada krisis perilaku manusia memperlakukan air. Menjadi keprihatinan bersama, di sebuah negeri tropis yang lembab dan hujan turun hampir sepanjang 6 bulan--dengan intensitas tinggi-- terjadi krisis air. Krisis air di negeri tropis menunjukkan krisis perilaku manusia.

Cara Memandang Air

Peradaban di muka Bumi sebagian besar berkembang dekat dengan sumber air. Mulai peradaban Delta Nil (Mesir kuno), sampai Batavia (Jakarta).  Air menjadi elemen penting dari tumbuh kembang sebuah peradaban. Fungsi air sangat vital menunjang kehidupan, sama dengan fungsi udara untuk bernafas.

Namun masih banyak manusia tidak memahami hal ini. Masih banyak manusia yang membuang limbah dengan prinsip "asal hilang dari pandangan mata". Asal tidak terlihat lagi dan hidung tidak membau, dianggap beres.

Sebagai contoh perilaku manusia yang menjadikan sungai sebagai tempat sampah. Membuang plastik, pampers dan sampah rumah tangga. Perilaku ini sangat primitif, keterlaluan dan berbahaya. Tidak hanya bagi makhluk hidup di ekosistem air tawar dan air asin. Namun, juga untuk manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun