Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

China Bonceng Afghanistan: Sein Kanan Belok Kiri

25 Agustus 2021   20:44 Diperbarui: 26 Agustus 2021   13:40 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi China, Afghanistan adalah sebuah negara. Yang suaranya juga penting saat dibutuhkan di forum Internasional untuk mendukung kebijakan strategis China. Selain itu, China juga pamer kekuatan (Show of Force), walau  tidak menggelar kekuatan militer sebagaimana Amerika dan Uni Sovyet. China memberi sinyal ke seluruh dunia, sebagai negara Adidaya sepadan dengan Amerika. Beijing seolah menegaskan sebagai negasi permanen Amerika serikat dalam; politik,ekonomi, maupun militer.

China sangat berkepentingan dengan stabilitas negara Afghanistan. Apapun idiologi negaranya China tidak mau ambil pusing. Ada populasi 39.976.655 (data worldometer population 25/08/2021). Dengan jumlah populasi no.37 dunia pastilah menjadi pangsa pasar produk China yang potensial. 

Banyaknya negara barat yang melarikan diri, seolah memberi karpet merah ke China untuk masuk. Dan memang benar, taliban menyambut China seolah sebagai penyelamat. China pun tak mau disalahkan, berdalih "Menghormati pilihan rakyat Afghanistan" maka dukungan ke pemerintahan Taliban tidak menyalahi norma internasional. Filosofi dagang Beijing, apapun yang menguntungkan itulah peluang. 

Beijing pastinya sudah lebih awal mempersiapkan hengkangnya Amerika dari gelanggang Afghanistan. Negerinya Mao Tse Tung, tidak terlalu sulit membaca hal semacam itu. Karena pastinya Pakistan sebagai mitra strategis Taliban dengan senang hati berbagi Informasi juga dengan China. Karena Pakistan-China punya aliansi plus alias sangat erat. Hengkangnya negara adidaya tidak hanya dialami Amerika, Uni Sovyet, negeri beruang merah juga pernah mengalami hal serupa pada 1989.

Melihat riwayat Afghanistan sebagai negara "endemik konflik", maka China sangat prakmatis dan lebih berhati-hati dalam setiap kebijakan politiknya. Untuk itu Beijing tidak akan mengulangi kesalahan dari dua negara tersebut. Yang menurut Beijing, menandai lubang dari mereka yang tercebur. Agar tidak melakukan hal yang sama. Salah satunya, Beijing menghindari menggelar pasukannya dengan massif di Afghanistan.

Dari kekuatan ekonomi, militer dan politik; China akan mengendalikan perannya di Afghanistan secara dominan. China akan membonceng Afghanistan, namun arah gerak sepeda yang dikemudikan China, hanya China sendirilah yang tahu. Tidak ada pilihan saat ini bagi Taliban untuk memilih berkawan dengan siapa. China yang merapat pastinya akan diikuti Pakistan dan itu bisa menaikkan moril pemerintahan Taliban di mata dunia Internasional. 

Iming-iming bantuan dan pembangunan infrastruktur adalah cara China  merangkul Afghanistan di bawah garis besar kebijakan luar negerinya. Bagi Taliban, diajak ngobrol oleh China saja sudah senang, karena China adalah negara besar punya hak Veto di PBB dan punya pengaruh politik yang kuat di dunia. Pengakuan China untuk pemerintahan Taliban bisa mendorong negara-negara lain mengikuti langkah China.

Selain itu kepentingan China lainnya adalah membungkam gerakan islam di Turkestan Timur yakni di wilayah Xinjiang. Pemberontakan tersebut punya hubungan dengan Taliban. Jika China masuk ke dalam percaturan politik di Afghanistan setidaknya China bisa menekan Taliban untuk menghentikan atau setidaknya tidak ikut membesarkan pemberontakan di Xinjiang.

Ada satu negara besar lagi yang sangat berkepentingan dengan politik di Afghanistan, yakni India. Sebelum Taliban menguasai Kabul, India banyak membangun infrastruktur negara tanpa lautan tersebut. Namun, melihat masuknya China mustahil India akan terlibat aktif masalah di Afghanistan. Di tambah China dan Pakistan adalah seteru abadi India. Menjadi alergi tersendiri bagi India untuk masuk. Namun berkuasanya Taliban harus disikapi India dengan sangat hati-hati dan serius. Banyak pemberontakan berlabel Islam yang berafiliasi dengan Taliban. Jika Taliban kuat, maka bisa menjadi inspirasi bagi kelompok-kelompok sempalan di India untuk membesar. Dan itu kerugian tersendiri kalau India semakin menjauh dari Kabul.

Posisi Indonesia

Indonesia harus menahan dulu, mengakui atau tidak mengakui pemerintahan yang masih samar-samar ini. Taliban dengan garis kanan ekstremnya bisa sangat berbahaya memunculkan sel-sel terorisme yang tidur di Indonesia. Taliban contoh perlawanan yang dipandang sukses oleh kelompok sempalan beridiologi kanan ekstrem.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun