Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cindy Adams: Pembuka Tabir Sosok Manusia Soekarno

22 Agustus 2021   16:18 Diperbarui: 20 November 2022   23:09 9995
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wawancara Cindy Adams terhadap Bung Karno (Sumber gambar: tangkapan layar Wikimedia Commons)

"Maaf, Bapak jangan marah, karena kami sendiri pun tidak tahu sejarah hidup Bapak dan Bapak sedikit sekali memberikan wawancara. Karena itu dapatkah Bapak menentramkan hati saya barang sedikit dan menerima seorang wartawan CBS yang ramah sekali dan ingin menulis riwayat hidup Bapak?" Aku berpaling padanya dan berteriak , "Berapa kali aku harus mengatakan padamu, T-I-D-A-K!! Pertama, aku tidak mengenalnya, dan lagi kalau pada suatu saat aku menulis riwayat hidupku, aku akan melakukan dengan seorang perempuan. Sekarang, pergilah jauh-jauh!

------

Dialog di atas adalah komunikasi Bung Karno dengan Nyonya Siel Rohmulyati, Petugas Pers Istana Presiden pada 1960, berdasarkan pengakuan Bung Karno dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia. Dari dialog tersebut bisa digambarkan bahwasanya Bung Karno tidak tertarik menulis buku riwayat hidupnya.

Pada 1960-an kondisi dunia terbelah menjadi dua; Blok Timur yang Komunis dan Blok Barat yang Kapitalis. Perlombaan senjata dan perang proxy yang dijalankan benar-benar memanas. Hubungan Indonesia dengan Blok Barat juga sama, setelah meninggalnya John F. Kennedy, hubungan Indonesia memasuki titik terbawah dengan Amerika. 

Kedatangan Bung Karno pada 1960 ke Gedung Putih yang diremehkan Oleh Presiden Eisenhower menjadi salah satu pemicu menjauhnya Indonesia dari Amerika.

Indonesia memilih untuk lebih dekat ke sahabat timur, Uni Sovyet dan sekutunya. Presiden Soekarno saat itu tidak disambut di lapangan udara,  Eisonhower juga tidak menyambutnya di depan pintu Gedung Putih dan membiarkan dirinya menunggu selama sejam.

Karakter Bung Karno yang kuat dan tidak mau direndahkan akhirnya menjadi boomerang bagi Amerika. Indonesia antipati terhadap Amerika dan sering memaki-maki saat acara kenegaraan di Gelora Senayan dengan makian "go to hell with your aid" menunjuk pada Duta Besar Amerika yang saat itu dijabat Howard Jones.

Rayuan ekonomi Amerika gagal total di Indonesia. Indonesia menjadi liar tidak terkendali  dan labil menurut penilaian Amerika

Presiden Soekarno memang membenci Amerika namun hubungan pribadi dengan Howard Jones sangat baik. Setelah dimaki-maki, biasanya Howard Jones diundang makan nasi goreng buatan istri Bung Karno, Hartini, di Istana Bogor.

Adakalanya terjadi perdebatan sengit dan pahit antara Bung Karno dan Howard Jones. Namun, Bung Karno mengakui bahwa Duta Besar Amerika itu adalah salah satu sahabat dekatnya.

Saat acara makan tersebut Howard berkata "Tuan Presiden, aku kira sudah waktunya Anda melihat kembali perjalanan sejarah. Menurutku sudah waktunya Anda menuliskan sejarah kehidupan Anda" dan Bung Karno menjawab Tidak! Namun Howard Jones, memberikan banyak argumen tentang pentingnya otobiografi Soekarno. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun