Mohon tunggu...
Agus Subali
Agus Subali Mohon Tunggu... Guru - Penikmat keheningan.

Belajar Untuk Kebaikan.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Manusia Harus Belajar Menjadi Makhluk Bumi

6 Maret 2021   23:41 Diperbarui: 6 Maret 2021   23:59 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pixabay.com

Judulnya aneh, kenapa manusia harus belajar menjadi makhluk Bumi? Kan manusia sudah berada di Bumi sekian lama! Mungkin judul di atas terlihat agak konyol, namun sejatinya judul di atas adalah upaya memahami spesies manusia terhadap alam lingkungannya. Judul di atas, juga bentuk keprihatinan terhadap aktivitas spesies manusia dan peradabannya yang justru membahayakan ekosistem Bumi. Manusia seolah-olah menjadi pendatang yang tidak tahu bagaimana bersopan santun dengan makhluk Bumi lainnya. Manusia juga seolah-olah menjadi penguasa absolut Bumi  baginya Bumi hanyalah benda mati yang bisa dieksploitasi untuk kepentingan manusia.

Manusia Dulu dan Sekarang

Nenek moyang bangsa Indonesia punya kearifan terhadap alam. Hidup berdampingan dengan alam, menjaga alam dan menjadikan alam sebagai sebuah nilai sakral yang harus dimuliakan. Misal ada budaya agar tidak menebang pohon di hutan yang dikeramatkan. Tidak boleh mengambil ikan di sungai , tidak boleh berburu binatang di hutan dan lain sebagainya.

Mungkin saja nilai leluhur terlihat kuno, berbalut mitos dan tidak ilmiah. Namun, nilai itulah yang ternyata cocok dan tetap menjadikan alam menjadi sehat dan lestari. Dengan lestarinya hutan sumber air terjaga, kebutuhan manusia terpenuhi dan aktivitas bertani juga tidak terhambat. Hubungan seperti ini adalah hubungan komensalisme, alam tidak dirugikan dan manusia mendapat keuntungan darinya.

Kapitalisme dan Industrialisasi.

Era industrialisi yang mulai muncul abad XVIII mengubah interaksi alam dan manusia. Interaksi manusia dan alam seperti dipisahkan. Manusia tidak lagi merasa terikat dengan alam lingkungannya. Industrialisasi berkembang pesat karena disokong mahzab Kapitalisme. Mahzab ini menjadikan uang sebagai benda paling berkuasa dan digdaya. Sehingga apapun yang bisa diuangkan akan diproses dan diubah menjadi uang. Industrialisai dan kapitalisme adalah saudara kembar. Misal: burung diburu untuk diperjual belikan, kalong dibunuh untuk diolah dagingnya, harimau dibunuh untuk diambil kulit dan taringnya, hutan dibabat untuk diambil kayunya, gunung dikeruk untuk diambil emasnya, Bumi dibor untuk disedot minyaknya. Dan masih banyak lagi aktivitas manusia yang kurang baik, karena mengancam keselamatan makhluk lain dan eksistensinya sendiri di muka Bumi.

Kapitalisme menekankan kebebasan individu atau kelompok untuk mengakumulasi modal demi kesejahteraan pribadi. Terdengar manis, namun sebenarnya miris. Kenapa miris? Kapitalismelah yang mendorong individu maupun kelompok untuk mencari cara agar apapun termasuk alam bisa dikomersilkan. Ketika alam diestrak maka disitulah muncul banyak persoalan. Keseimbangan alam terganggu. Namun, kapitalisme menyebutnya sebagai usaha manusia untuk meningkatkan pendapatan dan mengurangi pengangguran.

Kapitalisme mengajarkan bahwa sesuatu yang bisa diuangkan adalah sumberdaya yang mampu meningkatkan kesejahteraan manusia. Terkadang aktivitas yang dilakukan manusia sudah tidak bisa dinalar lagi. Misal, adanya pertambangan emas. Apa sih gunanya emas? Emas fungsinya untuk perhiasan manusia. Karena kandungan unsurnya murni dan susah mendapatkannya. Sehingga manusia menempatkan sebagai benda yang mahal harganya. Emas adalah salah satu benda yang fungsinya " hanya untuk itu". Namun, dampak pertambangan emas sangat  merusak dan membahayakan ekosistem.

Pengganti emas sebenarnya banyak, baik untuk perhiasan maupun untuk bahan teknologi. Emas bukanlah benda vital yang kehadirannya mutlak untuk menyokong kehidupan manusia. Pohon yang ada di depan rumah kita, atau sumber air dari sumur di belakang rumah adalah benda yang fungsinya melebihi emas. Manfaatnya jelas untuk kehidupan. Kalau saja emas lenyap dari dunia, apakah manusia akan terkapar, menggelepar meraung-raung lalu mati?

MENJADI MANUSIA BUMI LAGI.

Kita harus menjadi manusia Bumi lagi. Kalau tidak, manusiai tak ubahnya seperti spesies invasif yang datang dari sudut jagad raya lain. Tujuan kedatangannya hanya untuk menguras sumberdaya Bumi untuk eksistensinya dan kalau habisa maka pergi lagi. Apakah ini bukan sejenis parasit bagi Bumi. Kalau manusia tidak mau dinilai sebagai parasit bagi alam dan makhluk lainnya maka manusia harus berubah menjadi spesies Bumi lagi.

Pernyataan yang terlihat emosional, namun renungkan fakta-fakta di bawah ini untuk menunjukkan bahwa kita bukan makhluk yang bijaksana ketika menjalin relasi dengan alam.

Hanya manusia yang tidak mau berbagi energi buat makhluk hidup lainnya. Sebuah kesepakatan alamiah di ekosistem adalah rantai energi yang mengalir melingkar.  Aliran energi tidak mengenal muara akhir.  Misal, rumput mengambil energi dari tanah-rumput di makan kijang- kijang dimakan komodo- komodo mati di makan belatung- hasil urai komodo menjadi pupuk bagi tanaman. Siklus ini melingkar dan alamiah. Lalu bandingkan dengan keberadaan manusia. Di posisi mana saja di rantai makanan dalam ekosistem, manusia selalu menyerap semua energi yang ada di alam.  Manusia memakan tumbuhan, manusia memakan daging hewan, manusia mengonsumsi bahan bakar fosil, manusia menggunakan kayu, manusia memakan ikan, manusia mengekstrak tanah untuk mencari intan, berlian, emas. Semua ekosistem, baik darat dan laut, hutan hujan tropis, danau, kutub semua tak luput dijarah oleh manusia. Apa yang dilakukan manusia bukan untuk bertahan hidup, namun mencari sumber energi yang bisa memaksimalkan kepuasan manusia.

Apakah ada spesies di Bumi yang mampu menjelajah banyak ekosistem untuk mengumbar keinginan bersenang senang? jawabannya tidak ada. Spesies hewan memakan mangsanya untuk melanjutkan naluri hidupnya dan Itu alamiah. Ular memangsa katak, bukan berarti ular jahat tapi ular tidak punya pilihan  lain untuk melanjutkan hidup. Tak mungkin ular mengonsumsi kangkung atau bayam. Manusia tidak, cara hidup manusia saat ini adalah tidak alamiah lagi. Manusia adalah makhluk paling invasif yang ada di dunia saat ini.

Lalu bagaimana kita menjadi makhluk Bumi yang tidak invasif lagi?

Pertama manusia harus berbagi dengan makhluk lainnya. Kehidupan ini sungguh berharga, tidak boleh ada yang merebut kehidupan hanya untuk kepuasan belaka. Manusia harus memberikan ruang bagi makhluk hidup lainnya. Misal: Gajah, orang utan, harimau dan burung. Jangan ganggu habitatnya, jangan ganggu kehidupannya.

Kedua, mengurangi konsumsi yang berlebihan terhadap energi fosil dan meminimalkan pemakain plastik, kelola sampah dengan bijak.

Ketiga, jangan mengkonsumsi berlebihan barang-barang yang di hasilkan dengan tenaga  energi fosil

Keempat, hargailah siklus alamiah yang ada di alam. Siklus air, misalnya; jangan memotong atau mengganggu siklus yang sudah semestinya terjadi.

Di tengah kehidupan yang sudah tidak sehat lagi memang  terlihat aneh jika manusia punya gaya hidup minimalis secukupnya. Namun, ini konsekuensi yang harus dilaksanakan untuk menghargai keberadaan kita dan organisme lainnya di planet ini. Lebih baik telat memulai dan menyadari dari pada tidak sama sekali.

Hakekatnya manusia hanya numpang di planet Bumi, selayaknya manusia harus sopan dan tahu diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun