"Fulan, tadi saya dapat pesan dari ketua bahwa kamu besok bertugas menjadi pembawa acara awal dan akhir dalam acara bincang santai". Pada hari pelaksanaannya Fulan sudah duduk manis didepan forum yang telah disediakan dengan rapinya. Pada saat kehadiran pembicara, semua menjadi heboh dan panik.Terutama mengenai tugas yang dijalankan oleh Fulan. Namun suasana cepat teratasi setelah salah satu panitia yang bertugas sebagai pembawa acara sudah hadir. Kekeliruan kondisi diatas bisa terjadi dimana saja, karena informasi yang diterima dari ketua sebagai sumber pertama tidak jelas. Artinya yang menerima informasi dari sumber pertama tidak mengkonfirmasi ulang dan meminta penjelasan mengenai tugas yang di berikan yang akan disampaikan pada Fulan. Ternyata selidik punya selidik  tugas Fulan adalah sebagai pembawa acara MC, bukan sebagai moderator.
Dalam konteks komunikasi suatu informasi biasanya berupa pesan yang disampaikan, pesan ini muatan materinya bisa beragam tergantung apa yang menjadi kebutuhan dan kepentingan yang dimaksudkan. Bisa jadi kita menyampaikan pesan tentang A namun yang muncul menjadi B, jelas ada proses pesan yang hilang yang tidak di pahami secara jelas. Kegaduhan, pertengkaran mungkin sampai berantem sekalipun bisa terjadi, salah satu sumber masalahnya karena adanya kesalah pahaman dalam mencerna suatu pesan komunikasi. Salah paham dalam komunikasi apabila tidak ditangani dengan baik, akan menimbukan konflik dan merusak hubungan. Kesalahpahaman dalam komunikasi  tersebut diakibatkan  : 1) masalah dalam mengembangkan pesan; 2) masalah dalam menyampaikan pesan; 3) masalah dalam menerima pesan; 4) masalah dalam menafsikan pesan  Purwanto dalam Rustiana (2016).
Pentingnya menata pesan komunikasi dengan baik bagi penyampai pesan sangat diperlukan, karena menyangkut dampak yang akan muncul kemudian. Terutama dalam proses komunikasi yang dilakukan  lebih dari dua orang, dan memerlukan kejelasan makna dari pesan yang akan disampaikan. Salah lafal, istilah, ucap dapat menimbulkan persoalan-persoalan  ke depan.  Upaya perencanaan komunikasi yang dilakukan dengan baik oleh penyampai pesan dan pemahaman pesan oleh penerima pesan menjadi faktor utama.Â
Keseimbangan antara penyampai pesan dan penerima pesan
Pesan disampaikan secara langsung, gunakan bahasa sederhana hindari penggunaan istilah teknis yang tidak dipahami, hindari kalimat yang berbelit-belit yang akan menimbulkan pemahaman secara ambigu. Berbicara dengan nada tenang menghindari marah atau menyalahkan.
Terbuka dengan umpan balik ada kesediaan untuk memperbaiki diri, memberikan klarifikasi apabila pesan yang disampaikan diminta diperjelas kembali. Klarifikasi disertai contoh-contoh kongkrit. Memilih media yang tepat  tergantung situasi dan konteks, pilihan bisa menggunakan komunikasi tatap muka atau tertulis.
Setelah menerima pesan untuk menegaskan kembali makna pesan yang disampaikan penyampai pesan, meminta diulang kembali dalam konfirmasi untuk memastikan kita memahaminya dengan benar. Fokus pada penyampai pesan perhatian penuh dan hindari gangguan dan jangan menyela ketika penyampai pesan belum selesai atas pesan yang disampaikannya.
Perhatikan bahasa non verbalnya : ekpresi wajah, bahasa tubuh dan tanda kode-kode lainnya. Memahami perspektif dan perasaan penyampai pesan, tidak berasumsi apa yang disampaikan oleh penyampai pesan.