Mohon tunggu...
Agus Samsudrajat S
Agus Samsudrajat S Mohon Tunggu... Dosen - Membuat Tapak Jejak Dengan Berpijak Secara Bijak Dimanapun Kaki Beranjak. http://agus34drajat.wordpress.com/

Public Health, Epidemiologi, Kebijakan Kesehatan @Wilayah Timur Khatulistiwa Tapal Batas Indonesia-Malaysia

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan featured

Peringatan Hari Kusta Sedunia, Indonesia Peringkat 3 Dunia!

27 Februari 2012   17:39 Diperbarui: 25 Januari 2018   13:31 4216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Kusta Sedunia  diperingati pada hari Minggu terakhir bulan Januari. Hal ini dijadikan momentum untuk mengingatkan bahwa Orang Yang Pernah Mengalami Kusta memerlukan perhatian seluruh masyarakat. 

Adanya stigma dan diskriminasi terhadap Orang Yang Pernah Mengalami Kusta (OYPMK) di Tanah Air dibuktikan dari hasil Survei Situasi Stigma dan Diskriminasi terhadap OYPMK  di 5 kabupaten dan hasil Penelitian Mengenai Pemenuhan dan Perlindungan Hak OYPMK dan Keluarga Mereka yang dilakukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM). 

Diskriminasi dialami OYPMK dalam bentuk penolakan di sekolah, di tempat kerja, dan dalam  mendapatkan pekerjaan.  Lebih memprihatinkan lagi adalah, mereka juga ditolak di layanan kesehatan

Dalam pidatonya Menkes RI tanggal 27 Februari 2012, dr. Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, Dr.PH bersama 11 organisasi profesi (IDI, PERDOSKI, PERDOSRI, IPNI, IBI, PREI, ARVI, ARSADA, IAKMI, AIPKI) 2 Fakultas Kedokteran (FKUI, FK Atmajaya) dan WHO Indonesia tandatangani Piagam Seruan Nasional Mengatasi Kusta dalam rangka Hari Kusta Sedunia Ke-59.

Kemenkes RI menegaskan, seperti penduduk Indonesia lainnya, orang yang pernah mengalami kusta  berhak  mendapatkan pelayanan di Puskesmas, di  Rumah Sakit, di fasilitas kesehatan apa pun dan di bagian mana pun di wilayah Republik Indonesia.

“Saya melarang perlakuan diskriminatif kepada orang yang pernah mengalami kusta di Tanah Air kita dengan alasan apa pun juga,” tegas Menkes. 

Kenapa kusta perlu perhatian masyarakat ? Saat ini Indonesia masih menjadi penyumbang kasus baru kusta nomor 3 di dunia setelah India dan Brasil. Pada tahun 2010, Indonesia melaporkan 17.012 kasus baru dan 1.822 atau 10,71% di antaranya, ditemukan sudah dalam keadaan cacat tingkat 2 (cacat yang tampak). 

Selanjutnya, 1.904 kasus (11,2%)  adalah anak-anak. Keadaan ini menunjukkan, penularan penyakit kusta masih ada di masyarakat dan keterlambatan penemuan kasus masih  terjadi. Dalam Global Strategy for Further Reducing the Disease Burden Due To Leprosy 2011-2015 yang dicanangkan WHO, disebutkan target global yang hendak dicapai tahun 2015 yaitu penurunan 35% angka cacat yang kelihatan (tingkat II) pada tahun 2015 dari data tahun 2010. 

Hal ini relevan untuk dicapai dengan melihat besarnya beban akibat kecacatan kusta.Sebenarnya Apa Sih Kusta ? Kusta atau lepra (leprosy)adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini sering kali menimbulkan masalah yang sangat kompleks. 

Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta bukan penyakit keturunan atau kutukan Tuhan. Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yaknikushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. 

Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen. Bagaimana Tanda-Tandanya ?Kusta terkenal sebagai penyakit yang paling ditakuti karena deformitas atau cacat tubuh. 

Yang penting setidak-tidaknya dapat menduga ke arah penyakit kusta.Tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tanda secara umum, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu: 

  • Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia
  • Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama semakin melebar dan banyak.
  • Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis magnus seryta peroneus. Kelenjar keringat kurang kerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.
  • Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit
  • Alis rambut rontok
  • Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa)
  • Terutama bagi kelainan kulit yang berupa perubahan warna seperti hipopigmentasi (warna kulit menjadi lebih terang), hiperpigmentasi (warna kulit menjadi lebih gelap), dan eritematosa (kemerahan pada kulit).

Diagnosis penyakit kusta didasarkan pada penemuan tanda cardinal (tanda utama) yaitu:

1.  Bercak kulit yang mati rasa

Bercak hipopigmentasi (warna kulit menjadi lebih terang)atau eritematosa (kemerahan pada kulit), makula (mendatar) atau plak (meninggi). Mati rasa pada bercak bersifat total atau sebagian saja terhadap rasa raba, rasa suhu, dan rasa nyeri.

2. Penebalan saraf tepiDapat disertai rasa nyeri dan dapat juga disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf yang terkena, yaitu :

  • Gangguan fungsi sensoris : mati rasa.
  • Gangguan fungsi motoris : kelumpuhan.
  • Gangguan fungsi otonom : kulit kering, retak, bengkak, pertumbuhan rambut yang terganggu.

3. Ditemukan kuman tahan asamBahan pemeriksaan adalah hapusan kulit cuping telinga dan lesi kulit pada bagian yang aktif. Kadang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau saraf.Bagaimana Penularanya? Pada umumnya penularan penyakit kusta adalah:

  1. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.
  2. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun, keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang.

Menurut Cocrane (1959), terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kusta secara kontak kulit dengan kasus-kasus lepra terbuka. 

Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan dan perkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan Mocrobakterillm Leprae dan daya tahan tubuh penderita. Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah :

  • Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa
  • Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkiti
  • Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti
  • Kesadaran sosial :Umumnya negara-negara endemis kusta adalah negara dengan tingkat sosial ekonomi rendah
  • Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat

Bagaimana Pencegahan Penularan Penyakit Kusta? Hingga saat ini tidak ada vaksinasi untuk penyakit kusta. Dari hasil penelitian dibuktikan bahwa kuman kusta yang masih utuh bentuknya, lebih besar kemungkinan menimbulkan penularan dibandingkan dengan yang tidak utuh. Jadi faktor pengobatan adalah amat penting dimana kusta dapat dihancurkan, sehingga penularan dapat dicegah. 

Di sini letak salah satu peranan penyuluhan kesehatan kepada penderita untuk menganjurkan kepada penderita untuk berobat secara teratur. Pengobatan kepada penderita kusta adalah merupakan salah satu cara pemutusan mata rantai penularan. 

Kuman kusta diluar tubuh manusia dapat hidup 24-48 jam dan ada yang berpendapat sampai 7 hari, ini tergantung dari suhu dan cuaca diluar tubuh manusia tersebut. Makin panas cuaca makin cepatlah kuman kusta mati. Jadi dalam hal ini pentingnya sinar matahari masuk ke dalam rumah dan hindarkan terjadinya tempat-tempat yang lembab. 

Ada beberapa obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta. Tetapi kita tidak dapat menyembuhkan kasus-kasus kusta kecuali masyarakat mengetahui ada obat penyembuh kusta, dan mereka datang ke Puskesmas untuk diobati. 

Dengan demikian penting sekali agar petugas kusta memberikan penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan kusta kepada setiap orang, materi penyuluhan berisikan pengajaran bahwa :

  • Ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit kusta
  • Sekurang-kurangnya 80 % dari semua orang tidak mungkin terkena kusta
  • Enam dari tujuh kasus kusta tidaklah menular pada orang lain
  • Kasus-kasus menular tidak akan menular setelah diobati kira-kira 6 bulan secara teratur
  • Diagnosa dan pengobatan dini dapat mencegah sebagian besar cacat fisik

Penyakit Kusta merupakan salah satu permasalahan indonesia dari sekian banyak permasalahan yang masih saja terjadi selain meningkatnya penyakit lainya serta munculnya penyakit-penyakit baru. 

Mudah-mudahan program yang diselenggarakan pemerintah ini memiliki solusi dan tindakan nyata yang disertai dukungan lintas sektor. Karena Hingga kini berdasarkan wawancara pihak puskesmas dan kepala desa disekitar tempat tinggal saya.

Salah satu program kesehatan yaitu "Desa dan Kelurahan Siaga Aktif" yang di programkan pemerintah dari tahun 2006 hingga muncul "pedoman desa dan kelurahan siaga aktif" tahun 2010 dan pedoman tahun 2011 yang baru oleh kementrian kesehatan hingga kini banyak yang belum mengetahui program tersebut yang  semestinya sudah berjalan dan dievaluasi untuk mencapai target 80 % desa dan kelurahan siaga aktif untuk menjadi basis Indonesia sehat. 

Semoga hal ini tidak terjadi di sebagian besar daerah Indonesia. Melalui Peringatan Hari Kusta sedunia ini pemerintah, masyarakat dan khususnya saya diingatkan akan kasus kusta untuk bisa berbagi melalui berbagai media yang ada. 

Semoga Indonesia Bebas Kusta, dan Sehat sepanjang Hayat. (Rujukan Berbagai Sumber). 

Salam, Agus Samsudrajat S

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun