Mohon tunggu...
Agus Puguh Santosa
Agus Puguh Santosa Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Indonesia

Menulis adalah jalan mengenal sesama dan semesta.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Serius Guys, Hari Gini Mau Jadi Pahlawan?!

10 November 2020   04:02 Diperbarui: 10 November 2020   06:54 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Prajurit Hasanuddin 2017 instagram/kodam.hasanuddin seperti dimuat dalam https://www.merdeka.com

Dalam tulisan Redaksi Kompasiana berjudul "Ragam Cara Menghargai Jasa Pahlawan", di sana tertulis Kementerian Sosial memberikan tunjangan kepada pada keluarga pejuang.

Total tunjangan yang dikucurkan ialah sebesar Rp 50 juta per tahun kepada 90 orang keluarga pahlawan nasional. Kemudian ada pula untuk 56 orang Perintis Kemerdekaan dengan nilai sebesar Rp 8.692.000 per tahun. Dan terakhir kepada 441 orang janda perintis kemerdekaan dengan nilai Rp 2 juta per tahun.

Adalah Milly dan Wina. Mereka berdua adalah pekerja sosial senior jebolan Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung. Dengan idealisme dan kegigihannya, mereka mengabdi sebagai relawan di Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.

Keduanya mengaku bangga sekaligus tertantang ketika diberi mandate untuk bertugas di rumah sakit khusus penanganan COVID-19 bersama 414 Pekerja Sosial lainnya.

"Pahlawan paling utama di masa pandemi adalah tenaga medis yang berjuang langsung di titik episentrum penanganan COVID-19. Secara statistik, banyak korban meninggal akibat COVID-19 berasal dari tenaga medis. Selain itu, tim pendukung tenaga medis seperti tim logistik, relawan non medis, edukator masyarakat, satgas penanganan COVID-19 level nasional maupun daerah, juga patut disebut sebagai pahlawan karena tanpa dukungan mereka, penanganan dampak COVID-19 tidak akan berjalan maksimal," ujar Milly seperti dikutip oleh situs resmi Kementerian Sosial Republik Indonesia melalui artikel berjudul, "Pekerja Sosial sebagai Pahlawan Kesehatan Mental di Masa Pandemi".

Sedangkan kawan seperjuangannya yang bernama Wina berpendapat demikian, "Saya memilih penyintas COVID-19 dan orang-orang yang merangkul penyintas COVID-19 dengan tangan terbuka sebagai pahlawan sesungguhnya!"

Menurut Wina, di masa pandemi seperti ini, banyak stigma sosial "negatif" yang dialamatkan kepada para penyintas Covid-19, bahwa secara sosial ruang gerak mereka menjadi terbatas. Nah, mereka-mereka yang berani merangkul dan membantu para penyintas Covid-19 ini untuk diterima kembali di lingkungannya layak disebut sebagai pahlawan.

Selama ini, manakala terdengar istilah "pahlawan" di telinga kita, barangkali dalam angan dan imajinasi kita masing-masing akan terbayang sosok para pejuang maupun veteran, yang telah mengorbankan keringat, darah, dan air matanya demi kemerdekaan republik ini!

Sedangkan di bangku sekolah maupun kuliah, tentu istilah "pahlawan tanda tanda jasa" seringkali kita dengar untuk mewakili sosok para guru maupun dosen yang sudah mengorbankan tenaga dan waktunya demi memajukan dunia pendidikan di Indonesia.

Dan di masa pandemi ini, tenaga kesehatan, para pekerja sosial seperti dalam cuplikan kisah duet Milly dan Wina di atas, apparat keamanan, para pejabat pemerintahan, petugas PMI, dan semua pihak dan dengan perjuangan dan dedikasinya masing-masing, layak disebut sebagai "pahlawan", entah dengan sebutan "pahlawan di masa pandemi" atau istilah-istilah lain yang merujuk pada maksud yang sama.

Bahkan ada begitu banyak dokter maupun perawat dan mereka-mereka yang terlibat dalam penanganan pandemi Covid-19 ini telah "gugur" sebagai Kusuma bangsa. Mereka rela mengorbankan jiwa dan raganya demi ikut serta mengatasi wabah Covid-19 yang sudah melanda negeri ini selama hampir setahun terakhir.

Tema peringatan Hari Pahlawan 2020 "Pahlawanku Sepanjang Masa" sepertinya hendak mengajak segenap anak bangsa untuk memaknai momen berharga ini untuk mengembalikan perspektif dan pemahaman masing-masing terhadap sosok pahlawan yang sesungguhnya.

Selanjutnya, aka nada begitu pertanyaan yang muncul atau dimunculkan. Misalnya saja pertanyaan seperti ini: "Apakah Ayah dan Ibuku layak kusebut pahlawan?". Atau pertanyaan selanjutnya, "Apakah Bapak dan Ibu Guru yang setiap hari memarahi dan memakiku akibat kelalaianku mengerjakan tugas sekolah, tetap akan kuakui sebagai pahlawan?"

Tentu tidak salah jika anak-anak kita mempunyai pemahaman bahwa pahlawan adalah mereka-mereka yang sudah memperjuangkan hidupnya selama ini. Bahkan sebagian anak-anak kita dengan tegas akan mengamini bahwa sosok pahlawan adalah para penyelamat di sekitarnya. Barangkali dia adalah sosok Ayah yang selama ini selalu menyelamatkannya dari omelan-omelan Ibunya setiap hari. Omelan-omelan Panjang bak kereta api yang selalu berhasil membuatnya menangis, sedih, kecewa, atau putus asa!

Atau bisa jadi, pahlawan itu adalah sosok Ibu yang selalu menyelamatkannya dari makian atau bentakan Ayahnya yang selalu terdengar menakutkan dan memekakkan telinga itu!

Atau sosok pahlawan itu seperti Serka Darwis yang pada 2017 lalu pernah bertugas membantu anak-anak sekolah menyeberangi sungai yang deras demi masa depannya? Serka Darwis adalah petugas Babinsa yang berkarya di Desa Maroko, Kecamatan Rante Angin, Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara (Sultra) seperti diulas merdeka.com.

Sementara itu nun jauh di timur Indonesia, personel Satgas Pamtas Yonif 516/CY dengan suka hati membantu anak-anak setempat menyeberangi sungai untuk pergi ke sekolah SDN Tetop yang berada di Kampung Tetop. Kampung Tetop berada di Distrik Iniyandit, Kabupaten Boven Digoel, Papua.

Dalam tulisan yang baru-baru ini diterbitkan oleh primetimes.id, disebutkan bahwa tidak hanya anak-anak sekolah yang harus melintasi sungai tersebut, namun aktivitas itu pun harus dijalani warga masyarakat setempat untuk melakukan aktivitas berkebun setiap harinya. kondisi ini sangat membahayakan keselamatan anak-anak sekolah maupun warga yang melintasi sungai tersebut, karena memang belum tersedia fasilitas jembatan yang memadai.

Jika direnung-renungkan kembali, ternyata pahlawan itu ada di sekitar kita. Mereka tidak selalu menyebut dirinya "pahlawan", namun dengan tindakan nyata berjuang dan mengusahakan yang terbaik bagi lingkungan maupun masyarakat di sekelilingnya.

Semoga semangat hari pahlawan yang kita warisi dapat membantu kita sekalian untuk menjawab sebuah pertanyaan yang menjadi judul tulisan singkat ini, "Serius Guys, Hari Gini Mau Jadi Pahlawan?"

Selamat Hari Pahlawan 2020!

Banjarmasin, 10 November 2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun