Mohon tunggu...
Agung Webe
Agung Webe Mohon Tunggu... Penulis - Penulis buku tema-tema pengembangan potensi diri

Buku baru saya: GOD | Novel baru saya: DEWA RUCI | Menulis bagi saya merupakan perjalanan mengukir sejarah yang akan diwariskan tanpa pernah punah. Profil lengkap saya di http://ruangdiri.com

Selanjutnya

Tutup

Entrepreneur Pilihan

Zenius Collapse?

8 Januari 2024   16:46 Diperbarui: 8 Januari 2024   17:03 412
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: https://teknologi.bisnis.com/

Platform pendidikan online Zenius mengumumkan penutupan sementara aktivitasnya, menyoroti tantangan di tengah kurva S yang sedang berada di titik terendah. Setelah dua dekade memberikan layanan, perusahaan memilih menutup operasi bisnisnya.

Kurva S adalah konsep yang menggambarkan pola pertumbuhan atau perkembangan suatu hal dari awal hingga mencapai titik puncak stabil, kemudian melambat menuju titik keseimbangan atau penurunan yang perlahan. Ketika berada di titik terendah kurva S, dampaknya dapat beragam tergantung pada konteksnya.

Dalam kasus Zenius, berada di titik terendah kurva S berarti perusahaan sedang menghadapi masa sulit. Ini mungkin mencerminkan penurunan signifikan dalam penggunaan atau pertumbuhan bisnis, kemungkinan besar disebabkan oleh berbagai faktor seperti kurangnya pertumbuhan pasar, strategi yang kurang tepat, atau masalah keuangan.

Dampak dari berada di titik terendah kurva S bagi Zenius adalah kesulitan dalam menjaga kelangsungan bisnis. Penutupan sementara merupakan respons terhadap tantangan ini, memberi waktu bagi perusahaan untuk mengevaluasi, merevitalisasi, atau mencari solusi yang diperlukan untuk bangkit dari fase stagnasi ini.

Ketika suatu bisnis atau entitas berada di titik terendah kurva S, risiko terbesarnya adalah kemungkinan kegagalan atau penurunan yang lebih lanjut. Namun, jika dielola dengan bijak, fase ini bisa menjadi titik awal bagi perbaikan dan transformasi yang diperlukan agar bisa kembali mendapatkan momentum pertumbuhan.

Awalnya, Zenius menawarkan program pembelajaran di luar lingkungan sekolah, mulai dari tingkat dasar hingga persiapan ujian perguruan tinggi. Pendiri Zenius, Sabda Putra Subekti dan Medy Suharta, memulai platform bimbingan belajar online ini pada tahun 2004. Mereka kemudian mencoba mengadaptasi metode pembelajaran dengan menyajikan materi dalam bentuk rekaman pada media fisik seperti CD dan DVD.

Seiring dengan kemajuan internet di Indonesia, Zenius bertransisi menjadi platform digital dengan meluncurkan situs Zenius(dot)net. Di platform ini, siswa bisa mengakses semua materi pembelajaran, termasuk video rekaman, secara daring.

Pada tahap awal perkembangannya, Zenius berhasil meraih profitabilitas yang positif saat operasionalnya masih dalam skala yang relatif kecil. Namun, dengan adanya dorongan investasi besar yang mencapai ratusan miliar, perusahaan ini bergerak menuju ekspansi yang cepat, dengan tujuan menghadirkan layanan mereka ke lebih banyak area dan meningkatkan cakupan pasar. Langkah ini berdampak signifikan pada biaya operasional perusahaan, yang meningkat secara substansial seiring dengan ekspansi ini.

Sayangnya, meskipun upaya ekspansi ini dilakukan dengan harapan akan adanya pertumbuhan pasar yang sepadan, realitasnya tidak sejalan dengan proyeksi yang diharapkan. Potensi pasar ternyata tidak berkembang sesuai dengan antisipasi Zenius. Ini menjadi pukulan keras bagi perusahaan karena ketidaksesuaian ekspektasi dengan realitas pasar telah menguras sumber daya keuangan yang ada. Hasilnya, Zenius mendapati dirinya kehabisan sumber pendanaan yang diperlukan untuk mendukung operasional mereka secara berkelanjutan.

Situasi ini menyoroti bagaimana strategi ekspansi yang diiringi oleh investasi besar, meskipun tampaknya menjanjikan, sering kali dapat menimbulkan risiko signifikan jika tidak didukung oleh pertumbuhan pasar yang sesuai. Ketika perusahaan tidak dapat mencapai proyeksi pertumbuhan yang diharapkan, dampak finansialnya bisa sangat merugikan. Kesulitan Zenius dalam mencapai pertumbuhan yang sejalan dengan investasi besar mereka menunjukkan pentingnya penyesuaian strategi dan evaluasi yang cermat dalam menghadapi dinamika pasar yang tidak pasti.

Strategi yang mengandalkan peningkatan pesat (hypergrowth) sering kali berujung pada kegagalan besar (bubble burst). Bubble burst terjadi ketika harga aset atau nilai pasar dari suatu entitas (seperti saham, properti, atau mata uang) jatuh secara tiba-tiba dan drastis setelah mencapai puncak yang tidak realistis atau tidak seimbang dengan nilai intrinsiknya. Biasanya, bubble ini terbentuk karena spekulasi berlebihan atau kegembiraan pasar yang tidak sebanding dengan faktor-faktor fundamental yang mendasarinya.

Bubble terbentuk ketika harga suatu aset naik secara dramatis dan berlebihan karena ekspektasi pasar yang berlebihan atau spekulasi yang tidak realistis. Terkadang, faktor-faktor eksternal seperti suatu inovasi atau tren baru juga dapat memicu pertumbuhan yang cepat dan tidak proporsional terhadap nilai sebenarnya.

Beberapa contoh terkenal bubble burst termasuk gelembung dot-com pada awal tahun 2000-an, di mana harga saham perusahaan internet melejit secara tidak masuk akal sebelum akhirnya kolaps. Bubble properti pada 2008 juga merupakan contoh dimana harga properti naik secara drastis sebelum akhirnya mengalami penurunan yang signifikan.

Bubble burst bisa terjadi ketika investor mulai menyadari bahwa harga aset tidak sebanding dengan nilai sebenarnya atau potensialnya. Ini dapat dipicu oleh berbagai faktor, seperti penurunan permintaan pasar, kekhawatiran atas nilai intrinsik aset, atau faktor-faktor eksternal yang mengubah dinamika pasar.

Ketika bubble burst, harga aset atau nilai pasar jatuh secara dramatis. Hal ini dapat menyebabkan kerugian besar bagi investor, lembaga keuangan, atau bahkan mempengaruhi perekonomian secara lebih luas. Bubble burst sering kali diikuti oleh periode koreksi atau penyesuaian di mana harga aset kembali ke tingkat yang lebih realistis dan seimbang dengan nilai intrinsiknya.

Pengetahuan akan bubble burst menjadi penting dalam investasi karena membantu investor untuk menghindari spekulasi yang berlebihan dan mengidentifikasi tren yang mungkin tidak berkelanjutan. Menyadari faktor-faktor yang bisa memicu bubble burst dapat membantu untuk mengelola risiko investasi dengan lebih bijaksana.

Mungkin saja konsep 'small is beautiful' dan filosofi Jawa "sak butuhe, sak perlune, sak cukupe, sak benere, sak mestine, sak penake" bisa memberikan pemahaman yang berharga, terutama saat kita tidak terjebak dalam obsesi 'hypergrowth'.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Entrepreneur Selengkapnya
Lihat Entrepreneur Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun