Mohon tunggu...
Agung Wasita
Agung Wasita Mohon Tunggu... Administrasi - pegawai swasta

pegawai swasta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Seharusnya Kita Moving Forward dalam Hal Toleransi, Bukan Mundur

16 Mei 2024   19:25 Diperbarui: 16 Mei 2024   19:46 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
aswaja dewata - kehidupan toleransi islam hindu di bali

Indonesia yang besar dan berkembang dalam suasana pluralisme, dari waktu ke waktu mengalami tantangan. Tantangan itu seringkali berupa bagaimana kita menciptakan harmoni dan kesetaraan dalam menjalankan keyakinan atau agama.

Sejak lama bahkan sejak pengaruh islam dan kristen masuk ke Indonesia, kita dipenuhi dengan keragaman tradisi (budaya) keragaman keyakinan. Saat itu ada ribuan aliran kepercayaan yang berlandasakan pada animisme dan dinamisme. Lalu di beberapa daerah ada agama Hindu Budha.

Sampai Islam berkembang di Jawapun, keragaman budaya dan agama itu tetap harmoni. Hal itu tak lepas dari pengaruh Wali Songo yang menyelaraskan penyebaran agama Islam dengan budaya setempat. Saat itu juga pengaruh Islam sudah ada di beberapa daerah seperti di Ternate dan sekitarnya.

Pada saat itu misionaris Kristen asal Jerman, datang dan bermaksud menyebarkan agama Kristen di Papua. Karena harmoni agama, Sultan di Ternate mencari waktu tepat untuk berlayar karena saat itu ombak sangat tidak bersahabat. Dan ketika waktunya dinilai tepat dan mendapat izin dari pemerintah Hindia Belanda, Sultan menyuruh beberapa penduduk Ternate yang mengetahui jalur ke Papua untuk mendampingi kapal dari para misionaris agar sampai ke Papua dengan selamat.

Para warga Ternate itu memang mendampingi para misionaris sampai ke pulau Marsinam yang kini dikenal sebagai wilayah Manokwari di Papua Barat. Sejak itu Kristen menyebar luas ke seluruh Papua. Ini adalah contoh bagaimana harmonisasi telah berkembang dengan subur sejak berabad lalu. Sehingga, seharusnya kita saat ini mendapat buah manis dari harmonisasi yang sudah berjalan berabad itu.


Sayangnya, itu tidak berjalan dengan mulus. Kita selalu mendapat tantangan soal pluralisme ini. Setelah Islam berkembang dengan besar dan mendapat tempat di hati lebih dari 90 persen penduduk Indonesia, muncul beberapa pihak yang atas nama mayoritas, menyimpangkan ajaran Islam yang penuh damai itu menjadi pertentangan antar pemeluk agama.

Ada bermacam kejadian yang menggambarkan tantangan harmoni agama di Indonesia. Aksi radikal berupa pemboman di cafe Bali, lalu diikuti beberapa bom di rumah ibadah di banyak daerah di Indonesia. Yang paling spektakuler adalah bom Surabaya  yang terjadi pada Mei 2018. Bom yang dilakukan oleh satu keluarga itu menghancurkan tiga gereja berbeda pada waktu yang sama. Bom itu itu tragis karena melibatkan anak-anak yang diperalat oleh orangtuanya yang punya aliran agama garis keras, dimana menganggap umat lain sebagai musuh.

Belajar dari uraian di atas, kita layak prihatin. Dalam hal toleransi dan harmoni, sebagai bangsa kita melaju maju dan bukan mundur seperti sekarang terjadi. Sesuai moto sebuah merek moto, kita harus Moving Forward. Dengan begitu kita bisa mewujudkan bangsa besar baik secara teknologi maupun akhlak.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun