Untuk nama yang pertama kemungkinan kecil akan digadang dapat bertarung. Zulkifli Hasan lebih aman menyelamatkan elektabilitas partai dengan melamar untuk bergabung dengan koalisi petahana. Sebagai capres elektabilitasnya kecil. Lalu sebagai cawapres, cawapres untuk siapa?
Bambang Soesatyo posisinya tak kalah sulit, harus bersaing dengan Airlangga Hartarto  di internal Golkar. Tetapi berharap boleh. Menunggu-nunggu dinamika politik berpihak dan meniupkan angin segar untuk Golkar dan terutama dirinya.
Gerindra dan PDIP Â saat ini semakin mengerucut untuk mengusung Prabowo-Puan dalam Pilpres 2024 nanti. Bertarung melawan mereka berarti Golkar harus keluar dari koalisi petahana. Saat ini dua partai sudah dinyatakan "lawan" oleh PDIP Â yaitu Demokrat dan PKS. Bersama mereka Bambang --jika Golkar merestui-- dapat menaruh asa.
Baca: PDIP Menolak Koalisi dengan Demokrat dan PKS
Persoalannya adalah dari calon lawan petahana juga sudah ada nama besar --versi  lembaga survei-- yaitu Anies Baswedan. Secara elektabilitas Anies lebih tinggi meskipun belum berpartai. Bambang sedang di Golkar; maukah jadi cawapres Anies?
Boleh jadi  akan terbentuk poros ketiga. Tetapi melihat dari gelagat yang sedang berlangsung, PDIP tampak akan mengusahakan sekeras mungkin agar  hanya ada dua pasangan yang berlaga dalam Pilpres 2024.
Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP (cnnindonesia.com, 28/5/2021):
"Maka kami akan bangun koalisi sehingga paling tidak pemilu ke depan hanya diikuti dua paslon, tidak akan ada dua pilpres, dua ronde."
Alasan PDIP yang disampaikan dalam diskusi PARA Syndicate adalah agar pilpres tidak banyak memakan energi dan berlangsung hanya satu putaran. Memang betul, Â tetapi secara politik hal itu hanyalah bagian dari strategi untuk memperbesar peluang paslon dukungan koalisi petahana.
PDIP boleh tampil dominan karena dapat mengusung sendiri paslon pilpresnya.
Jumlah kursinya di parlemen 128 sedangkan syarat minimal 115. Gerindra menguasai  78 kursi sedangkan  Golkar ada 85. Gabungan PKS-Demokrat baru mengumpulkan 104 kursi.
Nama ketiga yang diprediksi akan lancar menuju tampuk eksekutif tertinggi, Puan Maharani. Ceteris paribus. Kalau dinamika hingga detik-detik perhelatan tidak terjadi secara signifikan.