Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Pilpres 2024, Kongsi PDIP-Gerindra Mungkin Gagal, Begini Alasannya

28 Mei 2021   19:47 Diperbarui: 29 Mei 2021   06:15 759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puan Maharani, Megawati, dan Prabowo Subianto. Akankah duet Prabowo-Puan terwujud dalam Pilpres 2024 nanti? (Foto: Berita Magelang/ indhie.com).

Wacana Pilpres semakin riuh. Setelah Gerindra menyatakan peluang PDIP mendukung Prabowo --dengan kemungkinan formasi Prabowo-Puan, gantian PDIP yang menanggapi  kemudian. Lupakanlah sejenak polemik Ganjar vs. Puan yang kemarin sempat heboh itu.

Hasto Kristiyanto, Sekjen PDIP (detik.com, 28/5/2021):

"Pernyataan dari Mas Muzani karena memang melihat bagaimana kedekatan hubungan Pak Prabowo dengan Ibu Megawati karena selain aspek ideologi, faktor kedekatan kultural, kedekatan organisasi, kedekatan basis massa, kedekatan dari aspek strategi untuk memperluas basis massa itu juga akan menjadi pertimbangan."

Sekjen PDIP secara terbuka menyambut positif kemungkinan melanjutkan kongsi PDIP-Gerindra seperti yang telah diisyaratkan Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani. Apalagi pasca-pilpres lalu Gerindra sudah bulat tekad bergabung dengan petahana dan mendapat jatah menteri.

Selain dua fakta terkini itu faktor historis menunjang pula.

Sebelum Pilpres 2019 Jokowi sudah menawarkan  duet posisi dengan Prabowo menjadi wapres namun tidak terjadi. Kemudian faktor perjanjian Batu Tulis juga memperkuat kemungkinan kerjasama melanjutkan kebersamaan Megawati-Prabowo dalam Pilpres 2004. Kalah 2-0 lawan Demokrat waktu itu hingga 2014.

Lalu mengapakah duet PDIP-Gerindra bisa gagal dalam Pilpres 2024?

Ada dua hal yang bisa membatalkan join politik itu terwujud. Yang pertama yaitu soal ideologi, dan yang kedua adalah soal karakter.

Bukankah Gerindra sudah kongruen dengan PDIP dengan Gerindra seperti dinyatakan Sekjen Hasto?

Betul demikian. Namun menurut Hasto pula ada dua prinsip politik persekutuan yang dipegang PDIP saat ini yaitu ideologi dan karakter tadi.

Selain dengan Gerindra, PDIP menyampaikan bahwa koalisi terbuka dengan partai lain yaitu, PPP, PAN, dan PKB. Sementara itu secara tegas PDIP menampik Demokrat dan PKS yang tidak masuk radar. Partai lain yang tidak disebutkan otomatis terkategorikan dengan sendirinya menurut parameter masing-masing.

PPP dikatakan Hasto memiliki kesamaan nasib sebagai sama-sama partai tertindas zaman orde baru. Dengan PAN --yang sekarang-- Hasto juga merasa cocok karena ada kesamaan wawasan kebangsaan saat PAN menolak koalisi partai agama. Begitu juga dengan PKB yang memiliki basis massa yang relatif sama.

Demokrat dan PKS adalah dua partai yang saat ini sulit ketemu visinya dengan PDIP. Sekjen partai banteng itu mengatakan bahwa Demokrat adalah partai elektoral  sedangkan PDIP adalah partai ideologi berbasis kekuatan massa. Soal ideologi pula yang membatasi kemungkinan terbentuk partnership dengan PKS.

Hasto Kristiyanto:

"Ya koalisi bagi PDI Perjuangan kerja sama politik itu basisnya harus ideologi. PDI Perjuangan berbeda dengan PKS karena basis ideologinya berbeda, sehingga sangat sulit untuk melakukan koalisi dengan PKS. Itu saya tegaskan sejak awal."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun