Megawati didukung 3 parpol warisan periode orba termasuk 2 super power yaitu Golkar dan PDIP; satunya lagi PPP. Â Gabungan suara tiga partai itu sudah sekitar 53%.
SBY-JK menunggangi kuda pacu baru yang merupakan produk pasca-orba: Demokrat sendiri dibantu antara lain oleh PKB, PAN, PKS.
JK memang orang Golkar, tetapi insting politiknya memilih untuk menyelisihi jalan. Dan, menang. SBY-JK melenggang ke istana dengan perolehan 60,62% suara.
Saat itu memang semangat anti-orba masih kuat, dan Golkar masih diopinikan sebagai musuh bersama. Walhasil suara pemilih yang kecewa dengan Mega tetapi benci Soeharto akhirnya mengalir ke kubu Demokrat. Kebetulan pula Mega-Soeharto berada dalam satu barisan (baca: PDIP-Golkar) pada pilpres putaran kedua, jadi klop-lah sudah.
Menyongsong Pilpres 2009 JK ambil ancang-ancang. Bagusnya kuasai dulu Golkar lalu maju perang.
JK kemudian berhasil jadi orang nomor satu di Golkar menggusur Akbar Tanjung. Namun SBY juga waskita, Demokrat diperkuat sendi-sendinya.
Hasil akhir proses politik lima tahun kelihatan pada Pemilu 2009.
JK-Wiranto yang maju diusung Golkar ternyata tak mampu menaklukkan kubu petahana. SBY sudah terlalu kuat. Perolehan suara legislatif sendiri sangat kentara memperlihatkan peta kekuatan Demokrat vs Golkar.
Dalam pemilu sebelumnya saat masih dipegang Akbar, Golkar meraih 21.58% suara; sementara Demokrat yang baru umur setahun berhasil meraih 7,45%.
Ketika Pemilu 2009 bergulir, Demokrat yang kemudian melesat memuncaki klasemen dengan perolehan 20,85% suara. Sementara itu Golkar di tangan JK nyungsep 7% sehingga hanya mampu mengantongi 14,45% suara.
Kalah Pilpres 2009, kalah pula JK di internal Golkar. Posisinya dikudeta Aburizal Bakrie.