Mohon tunggu...
Telisik Data
Telisik Data Mohon Tunggu... Penulis - write like nobody will rate you

Fakta dan data otentik adalah oase di tengah padang tafsir | esdia81@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pilpres 2019, Karena Jokowi Butuh Benteng dan Prabowo Butuh Duit

10 Agustus 2018   05:36 Diperbarui: 10 Agustus 2018   10:55 1683
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jokowi di kediaman Prabowo, Hambalang (merdeka.com).

Baca: Mahfud MD, Cawapres Jokowi

Preferensi Jokowi terhadap Mahfud MD rupanya mendapat hambatan dari kubu Muhaimin Iskandar. Sejumlah elit NU menyatakan merasa tidak berkewajiban memenangkan Jokowi jika memilih Mahfud, sambil kemudian menyodorkan Cak Imin. Dengan alasan bukan kader NU,  Mahfud MD pun terjegal.

Jokowi hingga menit-menit terakhir tampaknya  masih memperjuangkan Mahfud MD agar diterima oleh 9 partai koalisi. Jika calon alternatif cawapres ternyata Moeldoko atau Airlangga, tentulah ada indikasi ke arah itu. 

Faktanya, Mahfud MD dan beberapa simpatisan berada di Te Sate, restoran yang berada tepat di seberang Plataran Resto tempat Jokowi mengumumkan cawapres resmi.

Kyai Haji Ma'ruf Amin pada saat aksi Bela Palestina, 17 Desember 2017 (tempo.co).
Kyai Haji Ma'ruf Amin pada saat aksi Bela Palestina, 17 Desember 2017 (tempo.co).
Jokowi bukanlah tipe orang pemberi harapan palsu dengan meminta CV dan kesiapan Mahfud MD beberapa jam sebelum deklarasi. Akan tetapi kemungkinan adanya veto dari kubu pendukung Muhaimin Iskandar memaksa Jokowi untuk mengambil opsi tengah,  mengangkat sosok Ma'ruf Amin sebagai cawapres definitif. Pilihan ini relatif diterima semua pihak, melegakan warga NU dan tidak menyakiti Muhaimin ataupun Mahfud MD.

Berapa nilai mahar cawapres Prabowo?

Banyak indikasi bahwa untuk mendapat restu Prabowo sebagai The Real Boss Gerindra diperlukan dana logistik yang disebut dengan istilah "mahar". Dan itu tidak sedikit.

Indikasi pertama adalah pernyataan Ahok menjelang Pilkada DKI tahun lalu. Ahok menyatakan bahwa untuk maju pilgub saat itu butuh dana sekurang-kurangnya 100 milyar yang harus disediakan kandidat. Memang Ahok tidak menyebut merek, tetapi yang bersangkutan adalah mantan kader Golkar yang loncat ke Gerindra, sebelum kemudian drop out juga dari situ.

Pernyataan Ahok terkonfirmasi saat pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno menang di Pilgub DKI. Sandiaga mengaku mengeluarkan dana sekitar 108 milyar selama mengikuti proses pilkada dua putaran tersebut.

Anies sebagai cagub tidak mengeluarkan nominal setara dengan Sandiaga karena perannya bukan sebagai bohir atau penyandang dana tetapi sebagai vote getter. Orang tahu banyak siapa Anies Baswedan, tapi lebih sedikit yang kenal nama Sandiaga.

Bukti selanjutnya adalah kasus perseteruan La Nyalla Mataliti  yang gagal maju di pilgub Jatim gara-gara urusan setoran ke partai pengusung, Gerindra. La Nyalla yang pede karena rekomendasi sejumlah ulama 212 akhirnya harus gigit jari karena ternyata rekomendasi itu tidak punya gigi di hadapan restu Prabowo.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun