Mohon tunggu...
Agung Pramono
Agung Pramono Mohon Tunggu... Guru - Guru dan penulis

Agung Pramono berprofesi sebagai guru. Hoby menulis, olah raga dan jalan-jalan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bermain Itu Sejatinya adalah Belajar

5 Oktober 2022   13:27 Diperbarui: 7 Oktober 2022   02:00 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi taman bermain. (sumber: pixabay.com/marzena7)

Perkembangan teknologi sekarang sudah merambah ke mana-mana, banyak permainan anak yang dibantu dengan teknologi. Anak-anak sudah kecanduan berbain game di tempat penyewaan atau rental. 

Bahkan sekarang perkembangan teknologi pada handphone menyebabkan anak-anak tak lepas dari benda tipis tersebut. Karena mereka bisa bermain game sepuasnya dengan macam permainan yang ditawarkan.

Permainan yang berbasis teknologi misalnya bermain game pada handphone tersebut membuat anak asyik bermain sendiri. 

Berbeda dengan permainan tradisional seperti lompat tali, engklek, bermain layang-layang, bermain congklak dan permainan tradisional lainnya  di mana permainannya terasa benar-benar kerjasama mengandalkan fisik.

Bagaimana kita menyikapi permainan anak yang dibantu oleh teknologi ?

Sebenarnya belum semua anak yang bisa  mengakses permainan berbasis teknologi tersebut. Masih banyak di kampung jenis permainana tradisional dikembangkan. 

Namun sekarang sudah mulai dimasuki oleh permainan berbasis teknologi tersebut, karena handphone sudah merambah sampai kampung-kampung. Hal ini perlu diwaspadai.

Permainan game yang banyak dilakukan oleh anak-anak di kota besar yang mengarah tentunya mempunyai dua nilai sisi yang saling bertentangan yaitu dari sisi positif maupun negatif. 

Permainan individual berbasis teknologi dipandang dari segi positif bahwa permainan berbasis teknologi ini membutuhkan koordinasi antara mata, tangan dan otak sehingga memungkinkan anak dapat berpikir secara lebih cepat dan tangkas.

Permainan game misalnya dipandang dari sisi negatif bahwa permainan ini membuat seseorang kurang bisa bergaul dan kurang bersosialisasi dengan sesama. 

Terlalu sibuk dan asyik bermain dengan handphone menyebabkan mereka hanya mementingkan dirinya sendiri.

Banyak  orang tua mempersepsi bahwa proses belajar itu terkesan serius, sambil memegang buku dan menghadapi meja. Padahal belajar itu tidak semuanya demikian. 

Ada yang berpendapat bahwa bermain itu sesuatu yang negatif sebagai contoh ada orang tua yang memasukkan anaknya ke sebuah TK yang aktivitasnya hanya bermain karena dianggap tidak belajar serius. 

Sebagian besar orang tua pasti tidak mau memasukkan anak-anak yang ke sekolah tersebut. Karena berpandangan sekolah itu hanya bermain saja dan tidak pernah belajar. 

Padahal untuk anak-anak sampai kelas 6 SD belajar akan lebih efektif dan lebih cepat ditangkap pada saat mereka bermain hal itu berseberangan dengan orang tua yang mengharuskan anak-anak belajar dengan serius.

Mengapa mendengarkan guru, belajar serius dan drilling malah tidak efektif. Akibatnya kita sering melihat anak-anak usia dini sudah tidak mau bersekolah karena menganggap sekolah sebagai sesuatu yang membosankan. 

Perlu disadari bahwa seharusnya bermain merupakan proses belajar juga dengan banyaknya anak-anak bergerak maka terjadi suatu keterlibatan seluruh badan sehingga membuat anak berkembang motoriknya, berkembang begitu juga emosinya karena kegiatan bermain akan melibatkan emosi.

Selain itu apabila anak banyak bermain aspek sosial dan intelektualnya juga ikut berkembang karena adanya interaksi dengan sesama. 

Kesimpulannya anak-anak memang diharuskan untuk bermain, karena mereka berada dalam masa pertumbuhan. Dengan bermain, otot anak akan bekerja maksimal, metabolisme tubuh meningkat dan perkembangan otak menjadi lebih bagus.

 Melalui tulisan ini, mari kita ingat lagi apa yang pernah dikatakan Bapak Pendidikan kita yaitu Ki Hajar Dewantara bahwa sekolah itu ibarat taman dan taman adalah tempat bermain. 

Taman itu teduh, tenang dan menyenangkan. Anak-anak akan senag berada di taman. Mereka akan gembira di taman. Jadikan sekolah tempat yang menggembirakan. Mereka bermain namun sejatinya adalah belajar.

Tangsel/ 5 Oktober 2022

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun