Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Transformative Human Development Coach | Penulis 4 Buku

Agung MSG – 🌱 Transformative Human Development Coach ✨ Mendampingi profesional bertumbuh lewat self-leadership, komunikasi, dan menulis untuk reputasi. 📚 Penulis 4 buku dan 1.400+ artikel inspiratif di Kompasiana. 💡 Penggagas HAI Edumain – filosofi belajar dan berkarya dengan hati, akal, dan ilmu. 📧 agungmsg@gmail.com | 🔗 bit.ly/blogagungmsg | 📱 @agungmsg 🔖 #TransformativeCoach #LeadershipWriting #GrowWithAgung “Menulis bukan sekadar merangkai kata, tapi merawat jiwa dan meninggalkan jejak makna.”

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Benarkah Pikiran Bisa Mengubah Takdir?

12 Oktober 2025   10:05 Diperbarui: 12 Oktober 2025   10:05 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pikiran yang jernih menuntun amal yang diridhai, sedangkan hasil akhirnya tetap dalam genggaman takdir Allah.| Foto: inspiritedminds.org.uk

Akan jauh lebih aman, benar dan tepat rasanya, bila menggunakan diksi:
+ "Bagaimana pikiran bisa menjadi jalan menuju perubahan yang Allah takdirkan."
+ "Bagaimana pikiran berperan dalam menjemput takdir terbaik."
+ "Bagaimana cara berpikir yang benar membuka jalan menuju ketetapan Allah yang baik."

Karena, pikiran baik menjadi sebab perubahan yang Allah izinkan dalam takdir-Nya.

Antara Pikiran dan Takdir

Dalam Islam, pikiran merupakan bagian dari sebab (asbab) yang Allah anugerahkan kepada manusia. Pikiran yang baik dapat menuntun pada amal yang baik, dan amal yang baik menjadi sebab datangnya kebaikan.

Namun demikian, takdir tetap sepenuhnya berada dalam kehendak Allah Ta'ala.
Allah berfirman: "Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut takdir." (QS. Al-Qamar: 49)

Artinya, setiap perubahan yang terjadi tetap berada dalam batas qadar yang telah Allah tetapkan, meskipun manusia diberi ruang untuk berusaha dan memilih jalan hidupnya.

Karenanya, manusia hanya bergerak dalam ruang ikhtiar, sementara keputusan akhir tetap milik Allah. Pikiran yang positif tidak "mengubah" takdir, tetapi menjadi bagian dari sebab-sebab yang telah Allah tetapkan untuk mengantarkan pada takdir tertentu.

Doa, Amal, dan Takdir Mu'allaq

Para ulama menjelaskan bahwa takdir terbagi dua jenis:
* Takdir Mubram, ketetapan yang tidak berubah, telah tertulis di Lauh Mahfuz.
* Takdir Mu'allaq, yaitu takdir yang bergantung pada sebab-sebab, seperti doa, amal, dan usaha.

Rasulullah bersabda: "Tidak ada yang dapat menolak takdir kecuali doa." (HR. Tirmidzi)

Maka, yang dapat berubah bukan takdir dalam arti hakiki (mubram), melainkan keadaan yang Allah gantikan sebagai akibat dari usaha, doa, dan amal saleh hamba-Nya.

Dengan kata lain, usaha, doa, dan pikiran yang baik bisa mengantarkan pada perubahan kondisi hidup. Namun, perubahan itu terjadi karena kehendak Allah, bukan kekuatan pikiran itu sendiri.

Pikiran sebagai Sebab, Bukan Pengubah Takdir

Dalam pandangan ulama salaf, takdir (qadar) adalah ketetapan Allah yang mencakup seluruh kejadian di alam semesta - baik yang telah, sedang, maupun akan terjadi. Namun, mereka juga menegaskan bahwa Allah menetapkan asbab (sebab-sebab) yang menjadi jalan terjadinya takdir. Pikiran, niat, doa, dan amal manusia termasuk bagian dari sebab-sebab itu, bukan kekuatan yang berdiri sendiri di luar kehendak Allah. Dengan kata lain, manusia berusaha, tetapi hasilnya tetap berada di bawah kuasa Allah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun