Seorang mahasiswa yang menulis esai di Kompasiana hari ini, mungkin lima tahun lagi tulisan itu akan dibaca oleh calon rekan kerja atau perekrut. Seorang pebisnis online yang menulis artikel edukatif di LinkedIn, bisa menjadikan tulisannya sebagai portofolio kredibilitas. Sebaliknya, tulisan yang sembrono bisa jadi “bukti permanen” ketidakseriusan.
Di sinilah tulisan berbeda dengan percakapan lisan. Kata-kata yang kita ucapkan bisa hilang, tetapi kata-kata yang ditulis akan terus hidup. Itulah mengapa Seth Godin, pakar pemasaran dunia, menegaskan: “The Internet is a machine designed to remember.”
Tulisan adalah cermin. Ia memantulkan siapa Anda di mata orang lain.
Mengapa Konsistensi Tulisan Adalah Investasi Branding
Tulisan bukan hanya milik Anda. Ia adalah milik publik yang membacanya, mengingatnya, dan menyimpulkan siapa Anda dari sana. Ia bisa jadi jembatan yang mempertemukan Anda dengan peluang baru, atau tembok yang menghalangi kepercayaan.
Jika Anda serius membangun personal branding, mulailah dengan hal sederhana: tulislah secara konsisten. Tidak perlu menunggu sempurna. Ambil satu topik yang Anda kuasai, tulis 600 - 800 kata minggu ini, edit sekali, lalu publikasikan. Ulangi minggu depan.
Seperti kata pepatah, reputasi bukan dibangun dalam sehari, melainkan dari kebiasaan kecil yang diulang. Dan tulisan adalah kebiasaan kecil yang efeknya bisa sangat besar.
Karena itu, sebelum menekan tombol “publish”, tanyakan pada diri sendiri: Apakah tulisan ini pantas menjadi cermin diri saya?
Jika ragu, jangan sungkan ikut bimbingan menulis agar lebih terarah. Karena pada akhirnya, jejak digital Anda adalah bukti paling nyata: apa yang audiens baca, itulah yang mereka ingat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI