Tulisan adalah sarana membuat pembaca merasa sesuatu, dan rasa itulah yang melekat sebagai karakter Anda.
Tulisan Mencerminkan Pola Pikir & Kompetensi
Tulisan yang rapi, sistematis, dan mengalir dengan logika memberi kesan bahwa penulisnya terstruktur. Ia tampak matang dalam berpikir, serius dalam menyampaikan ide.
Sebaliknya, tulisan yang berantakan, seperti penuh typo, tidak ada alur, atau campur aduk tanpa arah, itu memberi kesan ceroboh. Dan, mari kita jujur: kalau seseorang ceroboh menulis, kita cenderung mengira dia juga ceroboh dalam hal lain.
Penulis buku klasik On Writing Well, William Zinsser, pernah berkata: “Writing organizes and clarifies our thoughts.” Artinya, menulis bukan sekadar memindahkan ide ke kertas, tetapi juga cara melatih pikiran kita agar lebih teratur. Itu sebabnya kualitas tulisan sering dijadikan tolok ukur kualitas berpikir.
Bagi mahasiswa, tulisan yang baik bisa mencerminkan kesiapan akademik. Bagi trainer atau coach, tulisan yang terstruktur memberi sinyal bahwa ia menguasai materi. Dan bagi pebisnis online, tulisan rapi di media sosial bisa meningkatkan kepercayaan calon klien.
Tulisan Membentuk Ingatan Audiens
Apa yang pembaca lihat dan baca dari Anda, itulah yang akan melekat di benak mereka. Tulisan menjadi anchor, titik referensi utama, untuk mengingat siapa Anda.
Masalahnya, psikologi manusia punya kelemahan bernama negativity bias. Tulisan yang buruk, kasar, atau asal-asalan justru lebih mudah diingat daripada tulisan yang baik. Seorang penulis mungkin sudah menulis 20 artikel bagus, tetapi satu artikel yang menyinggung bisa membuat reputasi hancur.
Bayangkan Anda seorang coach bisnis. Jika audiens menemukan satu artikel Anda yang penuh kesalahan data, besar kemungkinan mereka akan meragukan keseluruhan kompetensi Anda. Sebaliknya, satu tulisan jernih dan inspiratif bisa jadi pintu yang membuka undangan kolaborasi, seminar, atau bahkan proyek besar.
Ann Handley, salah satu praktisi konten paling berpengaruh, pernah menulis: “The truth is this: writing well is part habit, part knowledge of some fundamental rules, and part giving a damn.” Singkatnya, menulis baik adalah soal kebiasaan, teknik, dan kepedulian. Kalau kita benar-benar peduli pada bagaimana orang mengingat kita, maka perhatian pada kualitas tulisan jadi keharusan.
Tulisan Adalah Identitas Publik yang Abadi
Tulisan di era digital tidak pernah benar-benar hilang. Sekali dipublikasikan, ia akan terus menjadi jejak digital. Entah itu status lama di Facebook, artikel blog, atau komentar di forum.
Pertanyaannya: apakah jejak digital Anda membangun reputasi, atau justru merusaknya?