Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Insan Pembelajar

Agung MSG - Trainer Transformatif | Human Development Coach | Penulis Buku * Be A Rich Man (2004) * Retail Risk Management in Detail (2010) * The Prophet’s Natural Curative Secret (2022) 📧 Email: agungmsg@gmail.com 📱 Instagram: @agungmsg 🔖 Tagar: #haiedumain | #inspirasihati

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Air Mata di Lantai Dua: Saat Kang Acil Persembahkan Sajadah Panjang

2 September 2025   22:02 Diperbarui: 2 September 2025   22:06 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kang Acil, suara yang meninggalkan jejak doa.|Foto: Dokpri

Deg. Saya terperangah. Dari lantai dua, sendirian, saya menyaksikan momen yang menancap begitu dalam di hati. Kang Acil benar-benar mempersembahkan Sajadah Panjang, lagu yang baru saja kami bicarakan bersama.

Saat bait demi bait bergema, suara beliau menembus dinding batin, mengetuk ruang terdalam jiwa, hingga air mata mengalir hangat di pipi. Itulah momen ketika seni menjelma doa, dan lagu menjadi sajadah panjang yang merentang dari bumi hingga ke langit.

SAJADAH PANJANG
Puisi: Taufiq Ismail | Musik: Djaka Purnama H.K

Ada sajadah panjang terbentang
Dari kaki buaian
Sampai ke tepi kuburan hamba
Kuburan hamba bila mati

Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan sujud
Di atas sajadah yang panjang ini
Diselingi sekadar interupsi

Mencari rezeki, mencari ilmu
Mengukur jalanan seharian
Begitu terdengar suara azan
Kembali bersimpuh hamba

Ada sajadah panjang terbentang
Hamba tunduk dan rukuk
Hamba sujud, tak lepas kening hamba
Mengingat Dikau sepenuhnya

Hingga kini, saya masih mengingat pesan penting yang beliau sampaikan ketika saya bertanya tentang makna terdalam lagu itu. Dengan ketenangan khasnya, beliau berkata:
"Panjangkan terus sajadah panjang, lurus hingga hati ini menyentuh Allah Yang Maha Menggenggam Semua Kehidupan."

Kalimat itu bukan sekadar nasihat, melainkan warisan batin yang tak lekang oleh waktu.

Kini, Kang Acil telah kembali kepada Sang Pemilik Kehidupan. Namun, suara itu tetap hidup. Nada yang ia lantunkan, senyum yang ia tebarkan, dan ketulusan yang ia pancarkan adalah sajadah panjang yang diwariskannya kepada kita semua. Sajadah itu tidak berhenti di liang kubur, melainkan terus membentang dalam doa, ingatan, dan karya.

Selamat jalan, Kang.
Semoga Allah menjemputmu dengan kasih sayang yang tak bertepi, menerima segala amal baikmu, dan menempatkanmu di sisi-Nya yang Maha Pengasih Maha Penyayang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun