Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Transformative Human Development Coach | Penulis 4 Buku

Agung MSG – 🌱 Transformative Human Development Coach ✨ Mendampingi profesional bertumbuh lewat self-leadership, komunikasi, dan menulis untuk reputasi. 📚 Penulis 4 buku dan 1.400+ artikel inspiratif di Kompasiana. 💡 Penggagas HAI Edumain – filosofi belajar dan berkarya dengan hati, akal, dan ilmu. 📧 agungmsg@gmail.com | 🔗 bit.ly/blogagungmsg | 📱 @agungmsg 🔖 #TransformativeCoach #LeadershipWriting #GrowWithAgung “Menulis bukan sekadar merangkai kata, tapi merawat jiwa dan meninggalkan jejak makna.”

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Fufufafa Kini Jadi Raja Ngakak di Balik Singgasana ?

10 September 2024   19:37 Diperbarui: 10 September 2024   20:01 971
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jejak digital itu kuat. Namun, yang terpenting lebih baik menertawakan diri sendiri daripada menunggu dunia melakukannya.|Foto: Foto: em360tech.com 

"Kadang, kita sibuk menyembunyikan diri di balik topeng anonim, padahal yang kita butuhkan hanyalah keberanian untuk menjadi diri sendiri. Karena, tawa yang sejati datang dari kejujuran, bukan dari kepalsuan."

Di sebuah kerajaan bernama Huhuhaha, hiduplah seorang pangeran yang punya hobi unik. Alih-alih membantu membangun negara, eh... ia lebih suka bersembunyi di balik topeng anonim bernama Fufufafa. Dengan akun palsu ini, ia bebas berkomentar seenaknya tentang apa aja. Mulai rakyat jelata, hingga para mantan tentaranya. Mungkin ia pikir, dengan begitu, kebijaksanaannya akan lebih bersinar.

"Tidak ada jejak yang benar-benar hilang di dunia maya," begitu kata pepatah. Tapi di Huhuhaha, jejak digital ternyata lebih sulit dihapus daripada noda tinta di baju putih. Pangeran Fufufafa sepertinya lupa, bahwa tawa netizen bisa lebih tajam dari pedang.

Suatu hari, sang pangeran tersadar bahwa "fufufu" bukan hanya suara tawa, tapi juga gema masa lalu yang tak mau hilang. Ia jadi bahan tertawaan seisi kerajaan. Bahkan, ada yang sampai membuat meme tentangnya.

"Kalau saja di kerajaan ini setiap pangeran yang suka nge-twit diberikan gelar kehormatan," gumam seorang menteri, "mungkin kita sudah punya lebih banyak akademisi online daripada pemimpin yang nyata."

Pertanyaan pun muncul, lebih penting mana: pangeran yang mengurus negara atau pangeran yang sibuk nge-tweet? Di Huhuhaha, jawabannya bisa berubah-ubah tergantung trending topic saat itu.

"Jika kita tak bisa memimpin dengan bijak di dunia nyata," kata seorang filsuf kerajaan, "bisakah kita memimpin dengan kata-kata di dunia maya? Atau, itu hanya pelarian dari tanggung jawab?"

Seiring berjalannya waktu, akun Fufufafa menjadi fenomena tersendiri. Bahkan, ada yang memprediksi akun ini akan masuk dalam kurikulum sejarah dan peradaban bangsa. Hebat, kan ya?

"Anak-anak, inilah jejak digital yang hampir lebih fenomenal daripada pertempuran di medan perang!" kata seorang guru sejarah dengan nada bercanda.

Suatu hari, Pangeran Fufufafa tertangkap basah. Ia harus menghadapi pengadilan. Hakim pun bertanya, "Pangeran, Anda didakwa menciptakan akun anonim." Sang pangeran dengan santai menjawab, "Ya kan buat hiburan rakyat, yang penting mereka ketawa kan?" Hakim pun ikut tertawa. Sidang pun ditunda, bersamaan dengan masuknya pesan singkat WA dari Sang Pamannya Pangeran Fufufafa. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun