Mohon tunggu...
Agung MSG
Agung MSG Mohon Tunggu... Wiraswasta - Selalu saja ada satu cara yang lebih baik, dan lebih baik lagi dengan berbagi

Hidup untuk mengasihi, menyayangi, berbagi, dan berkarya mulia. @agungmsg #haiedumain

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Awas, Kata Ini Seringkali Digunakan Firaun?

14 November 2022   07:23 Diperbarui: 14 November 2022   07:36 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Level energi atau perasaan yang merusak ini, berturut-turut "dimulai" dari kata : Bangga, Marah, Keinginan, Takut, Kesedihan, Apatis, Bersalah, dan yang paling "merusak" adalah Malu. Karena itu, bila keimanan kurang kuat, di banyak kasus terustama di negara maju, ada orang yang bunuh diri karena ia sudah merasa malu dan tak mau lagi dipermalukan. Lebih jauh ditemukan bahwa kata bangga itu energinya rendah. Emosinya sendiri bisa menunjukkan atau menyebabkan sifat meremehkan, merendahkan atau menghina orang atau pihak lain, meski ia sendiri tak bermaksud untuk itu. Lalu prosesnya bisa menunjukkkan sifat dasar yang sombong, meski itu dibalut dengan kata-kata eufeumistik, atau bahkan kata agitatif penuh semangat.

Ringkasnya, bagi kita, berhati-hatilah dengan rasa bangga atau kebanggaan ini. Karena bangga itu bisa membuat orang tercela, bahkan terhina. Habis bangga, terbitlah tercela. Karena rasa bangga itu berturut-turut bisa melahirkan rasa ujub, sombong, angkuh, lalu takabur.

Ustad Adi Hidayat pernah mengingatkan, "Yang satu ini jarang diketahui. Penyebab sombong itu ada empat. Pertama, bertambahnya harta. Kedua, bertambahnya kedudukan. Ketiga, bertambahnya ilmu, dan keempat, bertambahnya ketaatan. Yang terakhir ini jarang diduga. Karena semakin taat, maka orang akan semakin berpeluang terkena penyakit sombong. Setan bisa membawa itu!".

Berkait dengan kesombongan atas kedudukan dan jabatan ini, seorang ustad juga pernah mengingatkan kepada jamaahnya, "Janganlah engkau sombong, karena setiap saat kau dapat digantikan. Diatas langit, ada langit. Juga janganlah engkau memalingkan muka, berjalan dengan angkuh, membanggakan diri, keras, kasar, tamak, rakus, menyombongkan diri dan takubur : menolak kebenaran dan meremehkan orang lain". 

Dikesempatan lain, ada juga ustad yang mewanti-wanti pada jamaahnya. "Awas juga jangan juga berlebih-lebihan dalam mengumpulkan harta. Karena kecintaan secara berlebih-lebihan dalam dalam menumpuk harta sebenarnya selain tidak memberikan manfaat terhadap dirinya, juga akan mengganggu orang lain".

Profesor Dr. Imam Suprayoga, juga pernah mengingatkan pada sebuah kesempatan. Katanya, "Menumpuknya harta pada diri seseorang akan melahirkan sifat takabur, iri hati, dengki, fitnah memfitnah, dan seterusnya. Itulah di dalam Islam diperingatkan agar tidak menumpuk-numpuk harta. Karena harta secara hakiki tidak akan menyelamatkan diri seseorang, namun justru membahayakan terhadap pemiliknya". Sementara itu, cendekiawan muslim Abdul Moqsith Ghazali pernah mengatakan: "Di depan manusia, seseorang bisa mulia karena nasabnya. Sementara di depan Allah, seseorang hanya mulia karena takwanya."

Wujud kebanggaan ini senyatanya bisa mewujud atau tereskpresikan dalam berbagai bentuk, dan karena berbagai latar belakang. Bisa karena prestasinya, karirnya, label gelar akademiknya, pengalamannya, anak atau cucunya, hingga karena keturunanya.

"Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal." (QS. Al Hujurat 49 : 13).

Allah sendiri melarang dan tidak menyukai orang yang merasa bangga, terlalu gembira denga napa yang diberikannya, dan sombong lagi membanggakan diri pada kehidupan dunia, padahal kesenangan dunia itu hanyalah kesenangan yang sedikit. (QS Al Qasas 26 : 76, Al Hadid 57 : 23, Ar-Rad 13:26)  

Celakanya, saya sendiri pernah terjebak kata ini. Saya pernah diundang sebuah kampus negeri di pulau Sumatera untuk menyampaikan mengenai prospek agroindustri di Indonesia dan membawa kaos : "Bangga Jadi Petani". Juga  mengembangkan budidaya lele organik ke 6 negara dan memakai kaos : "Bangga Jadi Leleologist".

Sempat juga terpikir, setelah tahu riset Hawkins ini, bahwa : jangan-jangan kata bangga ini adalah kata yang paling sering digunakan oleh Firaun ! Akhirnya, besar harapan saya semoga tulisan ini bisa menjadi penghapus dosa saya di masa lalu, dan bermanfaat bagi sahabat pembaca artikel ini. Jangan lagi berbangga diri, atau menggunakankata "bangga". Karena habis bangga, akan terbit tercela.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun