Namanya juga perang dingin, mungkin ada kaitannya dengan perbedaan ideologi diantara keduanya? Karena idelogi itu bukan sesuatu yang besar melainkan mewujud dalam cara kita berpikir, berperilaku, dan berhasa dalam kesehariaan.
Coba kita cermati kembali, konflik antara mertua dan menantu pasti berhubungan dengan perbedaan cara berpikir, berperilaku, dan berbahasa kesehariaan. Ingat bahwa bahasa itu bukan hanya soal kata dan kalimat tetapi menyangkut berbagai hal yang menjadi media kita berhubungan dengan orang lain.Â
Konflik mertua dan menantu ini berwujud kompleks mulai dari hal-hal sepele, seperti cara berkata, sapaan, dan pelayanan sampai hal-hal yang menyangkut kelas dan identitas sosial, seperti kekayaan materi, pencapaian hidupnya, dll.
Â
Sejatinya, fenomena ini banyak menginspirasi berbagai pihak untuk memproduksi film atau meme di media sosial. Bahkan, saat momen penerimaan mahasiswa/mahasiswi baru pun, tidak jarang yang menuliskan "calon mantu idaman", apalagi kalau kuliahnya di perguruhan tinggi ternama.Â
Semacam sudah menyusun siasat dan strategi untuk berperang dengan calon mertuanya. Mungkin calon mertua bangga melihat menantunya lulusan dari PTN ternama, tetapi apakah itu sudah cukup untuk menyemai damai sepanjang berhubungan?Â
Kita tidak ada yang tahu, karena hubungan diantara keduanya seringkali mengalami perubahan yang sangat cepat. Artinya, hubungan itu bersifat dinamis dan kita harus siap dengan segala risikonya.Â
Jangan membayangkan hubungan tersebut akan stabil dan konsisten, karena selain kematian terdapat satu hal lagi yang pasti dalam hidup yaitu perubahan. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI