Kepada anak wedok kesayangan, saya sangat hapal kebiasaan-nya sedari kecil. Dari masuk TK sampai sekarang kelas 9, jarang absen sekolah kecuali sakit. Sekolah bagi anak wedok, adalah prioritas yang tak bisa ditawar- menawar.
Tidak hanya di hari masuk sekolah, akhir pekan-pun dibela- belain ke sekolah. Ikut kegiatan ekstra kurikuler yang diminati, atau sekadar acara kumpul dengan teman sekelas.
Soal disiplin waktu, sepertinya sebelas dua belas dengan saya ayahnya. Dari jaman masih sekolah sampai sekarang, saya terbiasa mengatur waktu sedemikian rupa. Sangat jarang terlambat, ketika ada pekerjaan, janjian atau kegiatan komunitas atau pertemanan.
Saya terbiasa berangkat mundur dua jam, dari jadwal yang ditentukan. Bagi saya janji adalah amanah, musti dijaga agar tidak merusak kepercayaan orang lain. Kalaupun terlambat, biasanya karena kendala di luar kuasa.
Jujurly, saya belum mencari tahu dengan detil, alasan hati anak wedok sedemikian terpaut dengan sekolah. Tetapi tiba- tiba terusik, saat mengikuti event Kompasiana bersama Kementrian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) RI.
Event yang mengusung tema "Sekolah Ramah untuk Semua : Lingkungan Aman Nyaman Menggembirakan". Saya yakin relate yang dialami anak kesayangan, selalu semangat berangkat ke sekolah. Saya ayahnya rutin mengantar dengan roda dua, berangkat menempuh jarak 6 KM.
Btw, event Kompasiana versi offline, sekaligus mengingatkan pada acara Nangkring yang ngangeni. Kegiatan yang dinanti- nantikan di masanya, sebagai ajang temu kumpul sesama Kompasianer.
--- ---
MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) Ramah, adalah kegiatan pengenalan lingkungan sekolah bagi siswa baru yang edukatif, menyenangkan, dan bebas dari perundungan. Untuk tulisan ini, saya mengorek cerita dari anak tentang kegiatan MPLS Ramah di sekolahnya.