Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Kompasianer

Kompasianer of The Year 2019 | Part of Commate KCI '22 - Now | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Setiap Orang Bertransaksi dengan Hari Ini, Pun Ayah

17 Oktober 2025   09:21 Diperbarui: 17 Oktober 2025   09:21 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Illustrasi- dokumentasi pribadi

Setiap manusia, hidup menempuh jalan takdirnya sendiri- sendiri. Mendapat jatah onak dan badai, dilengkapi pahit dan manisnya kehidupan. Ada saatnya seseorang menanjak dalam kehidupan, suatu waktu akan tiba masanya menurun.

Sunatullah bekerja sebegitu-nya sempurna, liku- liku kehidupan sangat mungkin di luar nalar dan logika. Manusia menyikapi sesuai isi pikirannya, berproses sesuai kapasitasnya. Namun semua hal dihadirkan semesta, tidak lain untuk kebaikan manusia.

Hari ke hari berlangsung atas ijin-Nya, tak ada sedetikpun kejadian yang terlewatkan. Bahkan sehelai daun lepas dari tangkainya, atas ijin sepengetahuan-Nya. Apalagi kesedihan dan kesenangan, yang setiap orang hadapi, yang setiap ayah rasai.

Bahwa setiap orang dengan pergulatan hari ini, tak ubahnya sedang bertansaksi dengan kehidupan. Hasilnya akan dirasakan kemudian hari, sesuai yang dilakukan masing- masing orang.

Karena sejatinya, setiap orang bertransaksi dengan hari ini, pun ayah.

---- --- --

Beberapa kali untuk kegiatan komunitas, saya pernah mengunjungi Panti Lansia di daerah Tangerang. Berinteraksi dengan para lansia, dari berbagai latar belakang keluarga. Dari pengurus panti terkabarkan, aneka kisah yang membuat emosi teraduk-aduk.

Seorang kakek, semasa mudanya sukses dalam karir. Punya perusahaan dan kerap ke luar negeri, fasih berbahasa asing tak dipungkiri. Saya mendengar sendiri, si kakek berkisah pengalaman di Amerika, Australi, Swis, dan berbagai negera di belahan bumi.

Masa tuanya dititipkan di panti, karena anak-anaknya tidak mau merawat. Untuk keputusan si anak, tentu tidak tiba- tiba melainkan ada sebab musabab. Kakek semasa mudanya sukses, berlaku semena- mena pada keluarga.

Pada istri tak ramah dan sayang, pun kepada anak-anak bersikap keras bukan kepalang. Lebih- lebih setelah anak beranjak dewasa, kerap terjadi adu argumen dengan kerasnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun