Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22-23 - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Standar Keluarga Ideal Bukan di Medsos

2 Mei 2024   14:06 Diperbarui: 2 Mei 2024   14:09 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Era medsos belakangan, memiliki dampak luar biasa dahsyat. Satu diantaranya, muncul istilah selebgram, seleb tiktok atau selebtweet. Predikat yang disematkan, pada akun dengan jumlah follower ratusan ribu bahkan jutaan.

Para seleb menampilkan diri, sesuai niche-nya di setiap postingan.  Ada yang membranding diri, di bidang food beverages, fashion and beauty, travelling, parenting, family, filantrophy dan lain sebagainya.

Saya, pemain kecil di medsos, dengan jumlah follower seuprit. Berusaha keras, agar bisa tetap bertahan. Saya mengamini pepatah, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Bahwa kita dituntut beradaptasi, agar survive di jaman sedang berlangsung

-----

"it's, okay, no problem" ujar seorang ibu menenangkan anaknya.

Ada satu video cukup viral, diposting oleh akun seleb ternama. Menampilkan anak usia tiga/ empat tahun, menjatuhkan benda di atas meja kaca. Si seleb (yang juga ibunya) kaget, menengok ke tempat jatuhnya benda tersebut.


Anak dengan muka kawatir, kemudian mendapati komentar ibunya yang menenangkan. Tak selang lama kalimat "it's okay, no problem", riuh ditanggapi dan diparodikan netizen.

Ada komentar yang membandingkan, ketika si pengomentar berada di situasi yang sama. Emaknya marah-marah, padahal benda dijatuhkan hanya buku atau baju. Netizen lain berkomentar, bahwa ibunya tidak sebijak seleb tersebut.

Sikap seleb yang sedemikian tenang, dianggap sebagai sikap idealnya seorang ibu. Para netizen ingin, punya ibu secantik dan sebijak seleb tersebut-- hehehe. Penilaian sekelebatan disetujui warganet, tanpa disadari tertanam di benak. Tak hanya konten soal ibu dan anak, postingan semisal juga ramai ditanggapi.

Ada pasangan seleb liburan ke luar negeri, tampak bahagia dan begitu romantis. Pasangan yang keduanya berparas rupawan, sebagai pasangan serasi dambaan followernya. Kesehariannya yang mewah, seolah menjadi standar kebahagiaan warganet.

Netizen yang mengagumi pasangan tersebut, menuturkan puja puji di kolom komentar. Menahbiskan pujaannya sebagai pasangan ideal, patut ditiru dan dijadikan rujukan.

Standar Keluarga Ideal Bukan di Medsos

dokpri
dokpri

Coba nona dan tuan perhatikan, ketika Al Quran bicara tentang keluarga. Sebagian besarnya adalah kisah-kisah, yang -- bagi kita- tidak masuk standar keluarga ideal.

Mari kita lihat beberapa contoh ;

Nabi Nuh dan Nabi Lut, punya isu terkait istri- istri mereka. Nabi Ibrfahim ketika berstatus sebagai anak, harus berhadapan dengan ayahnya yang membuat patung. Setelah menjadi ayah, beliau terpaksa meninggalkan keluarganya di padang tandus.

Nabi Musa ketika lahir, terpaksa dilarung ke sungai. Berpisah dari ibunya. Remuk redam hati ibu Musa. Keluarga Imran memiliki anak, namun sang ayah meninggal dunia ketika putri beliau lahir. Istri Imran berharap mendapat keturunan laki-laki, tapi diberikan perempuan. ..., .... .... dst.

Para istri dari Nabi kita yang mulia, sebagian besar tidak memiliki anak sama sekali.

Hari ini kita punya standar keluarga ideal dari sinetron dan drama. Atau citra sosial media dimana para selebriti membranding diri sebagai dream couple, ..... dst

Al Quran "tidak banyak bicara keluarga ideal dengan standar kita itu". Justru Al Quran bicara tentang realita keluarga. Meski demikian semua tokoh diatas adalah orang-orang yang sangat mulia, sampai sampai kisah mereka, Allah sendiri yang mengabadikannya...... dst

Keluarga kita sudah ideal, usah membanding-bandingkan. Cukup berikan yang terbaik untuk keluargamu, saat ini. ... dst

Dan perlu engkau tahu, bahwa semua perjuangan ; suka, duka, senyum, derita, ......dst....... luka, amarah di dalam rumahmu yang tidak viral itu, akan dicatat dalam amal kebaikan kita yang akan dipertontonkan kelak.

Ustad Fitrian Kadir

tangkapan layar- dokpri
tangkapan layar- dokpri

Pagi ini selepas sholat subuh, saya mendapati postingan menyegarkan kalbu dan pikiran. Dari seorang ustad muda, yang saya ikuti kajian beliau di group percakapan dan youtube. Nyaris dua dasawarsa saya berkeluarga, sungguh tercerahkan dari tulisan tersebut.

Jujurly, saya seperti ditampar . Selama ini menjadikan orang alim (bukan seleb), sebagai standar keluarga ideal. Karena di pandangan saya, pasangan paham agama dan perekonomiannya tampak baik-baik saja.

Sadar atau tidak, terbersit membandingkan dengan kehidupan sendiri. Yang memutar otak, agar kebutuhan keluarga terpenuhi secara ideal. Setelahnya (dari tulisan Ustad Fitrian) baru saya sadari, bahwa kondisi ideal sedang ada dihadapan kita. 

Sesuai fitrah manusia, kita jalani sembari terus berupaya agar terus menjadi  lebih baik dan lebih baik. Biarkan ke-ideal-an itu berjalan seiring, dalam segala kondisi yang kita alami. Wallahu a'lam bishowab, semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun